Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan riset terhadap nyamuk, tikus, dan kelelawar di 34 provinsi. Riset yang akan berlangsung selama tiga tahun, yaitu 2015-2017, tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi penyakit bersumber binatang (zoonosis) dan mengetahui karasterisik hewan pembawa penyakit (tular vektor).
“Riset selama tiga tahun ini untuk memetakan penyakit zoonosis dan tular vektor, baik yang sudah lama dan penyakit menular baru (new emerging deseases),” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama melalui surat elektronik yang diterima di Jakarta, Selasa (21/10/2014).
Dalam riset selama tiga tahun itu, Balitbangkes akan mengumpulkan 305 ribu spesimen nyamuk, 42 ribu spesimen tikus dan 24 ribu spesimen kelelawar. Riset Khusus Vektor dan Reservoir “Penyakit (Rikhus Vektora), memang khusus untuk mengetahui pola jenis vektor dan reservoir penyakit yang ditimbulkan dari nyamuk, tikus, dan kelelawar di Indonesia,” tegas Prof, Tjandra Yoga.
Saat ini, sedang dilakukan proses uji coba lapangan di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang berlangsung sampai 31 Oktober 2014, tambahnya.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline