Hari ini, Selasa siang (17/11), Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M membuka secara resmi Simposium Litbang Kesehatan se Asia Pasifik ke-2 di Hotel Sahid, Jakarta. Tahun ini Simposium ini mengangkat tema “Health Innovation and Health System Strengthening towards Implementation of National Health Insurance”.
Simposium yang diselenggarakan oleh Kemenkes ini bertujuan untuk saling bertukar pengetahuan, ide dan pengalaman berdasarkan data dan informasi hasil riset dari berbagai negara memiliki sistem jaminan kesehatan yang berbeda – beda, khususnya di wilayah Asia Pasifik.
Penlitian dan pengambilan keputusan
Pada pidatonya Menkes menyatakan bahwa pada dasarnya peran penelitian dan pengembangan kesehatan adalah menyediakan informasi atau bukti ilmiah untuk proses pengambilan keputusan, yaitu dengan menyediakan data terkait kesiapan komponen sistem pelayanan kesehatan terhadap permintaan pelayanan kesehatan, menyediakan informasi terkini terkait pencapaian program pembangunan kesehatan melalui riset evaluatif.
“Cara lainnya dengan menyediakan informasi terkait pilihan terbaik dari berbagai intervensi kesehatan, melalui Health Technology Assessment, dan Menyediakan infomasi yang komprehensif terkait suatu program spesifik melalui riset operasional atau studi kasus” sambung Menkes.
Lebih lanjut Menkes menjelaskan adanya hubungan antara penelitian dan pengembangan dengan Proses Pengambilan Kebijakan. Secara prinsip, informasi atau bukti ilmiah digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam suatu proses pengambilan keputusan berbasis bukti (evidence based policy).
“Oleh karenanya, proses evidence based policy dan proses penelitian merupakan satu siklus mata rantai yang memutar, tiada henti. Dari program pembangunan kesehatan yang dijalankan oleh pelaksana seperti Ditjen, Dinas Kesehatan, atau RS, selanjutnya peneliti melakukan identifikasi apa masalah program yang harus dijawab dengan penelitian. Dari masalah program inilah akhirnya masalah penelitian, atau pertanyaan penelitian, dapat dimunculkan” paparnya.
Penelitian dan Pencapaian Jaminan Kesehatan Semesta
Dihadapan peserta, Menkes menyampaikan guna memperkuat Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dalam rangka mencapai Jaminan Kesehatan Semesta maka pendekatan area penelitian sesuai dengan komponen kesehatan dapat digunakan.
Area-area penelitian tersebut meliputi: (1)Pelayanan Kesehatan: standar pelayanan, clinical pathway, manajemen kasus, infeksi nosokomial, resistensi antibiotik; (2)Pembiayaan kesehatan: benefit packages, besaran premi, tingkat proteksi finansial program JKN, National Health Accounts, Provincial Health Accounts, District Accounts; (3)SDM Kesehatan: kecukupan SDM Kesehatan, kompetensi SDM, perilaku providers dikaitkan dengan sistem pembayaran JKN, yakni INA CBGs dan kapitasi;
Selanjutnya Obat, Alat Kesehatan, dan teknologi kesehatan: Health Technology Assessment; (5) Manajemen pelayanan kesehatan: Akreditasi rumah sakit, kepuasan pasien, kepuasan pelanggan internal (dokter), evaluasi sistem audit medis dan (6) Pemberdayaan Masyarakat: studi kasus atau studi kualitatif masalah kesehatan di daerah terpencil, model pemberdayaan masyarakat, teknologi tepat guna.
Menkes berharap kegiatan ini dapat memberikan poin-poin rekomendasi kebijakan kepada Kementerian Kesehatan, terkait dengan penguatan Sistem Kesehatan Nasional ke depan, dalam rangka pencapaian Jaminan Kesehatan Semesta.
Simposium yang merupakan rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-50 ini berlangsung dari tanggal 18 – 20 November 2014. Acara dihadiri 554 peserta yang terdiri mulai dari akademisi, peneliti kesehatan dari Indonesia hingga Asia Pasifik dan negara lainnya yaitu: Australia, Oman, Arab Saudi, Philipina, Thailand dan Korea Selatan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat email kontak@depkes.go.id.