Hari ini Wakil Presiden Jusuf Kalla meluncurkan Strategi Nasional dan Launching “Stop TB, Ketok Pintu oleh Kader TB” dalam rangkaian peringatan Hari TB Sedunia tahun 2015, di Istana Wapres, Jakarta (24/3). Pada kesempatan tersebut, Wapres mengapresiasi atas gagasan untuk memperluas cakupan pelayanan TB dan akses masyarakat pada pelayanan TB dengan kegiatan Stop TB, Ketuk Pintu oleh Kader.
Penggerakan Kader TB di Indonesia dalam kegiatan Stop TB, Ketuk Pintu oleh Kader dilakukan selama bulan April 2015. Kegiatan ini melibatkan kader Aisyiyah, Nahdlatul Ulama, Kader Kesehatan dll di selurh wilayah Indonesia.
Tema global HTBS 2015 adalah Reach the three million, treatment and cure for all, (Bebas TB, Indonesia Hebat dan Sehat). Tema ini mengingatkan untuk membebaskan Indonesia dari TB dengan menemukan dan mengobati seluruh penderita TB di Tanah Air kita. Hadir pada acara Peringatan HTBS 2015 ini diantaranya Ketua Forum Stop TB Indonesia, dan perwakilan Organisasi Profesi dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Dalam laporannya, Menkes Nila F. Moeloek menyatakan bahwa pengendalian TB di Indonesia telah mencapai banyak kemajuan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya cakupan pelayanan TB dan meningkatnya angka kesembuhan TB. “Dengan demikian, sasaran-sasaran pengendalian TB di Indonesia terkait dengan Millennium Development Goals telah tercapai atau on track,” ujar Menkes. Untuk itu Menkes berharap dukungan semua pihak untuk menyukseskan pengendalian TB meningkat di masa mendatang guna mewujudkan Indonesia Bebas TB tahun 2050.
Di Indonesia Strategi Nasional Pengendalian TB 2015-2019 mencakup pemanfaatan tehnologi mutakhir untuk menyikapi berbagai tantangan dalam Pengendalian TB, seperti munculnya TB Multi Drug Resistance (TB Kebal Obat); Adanya kasus TB – HIV; Ditemukannya kasus TB – Diabetes Mellitus; Dilaporkannya kasus TB di kalangan perokok; dan Masalah TB pada anak.
Penyakit TB berpengaruh besar pada kualitas SDM, karena berdampak pada kualitas dan produktifitas penderita TB. Jika jumlah penderita TB cukup besar, maka akan berdampak pula pada kualitas dan daya saing bangsa. Apalagi, karena TB terutama menyerang kelompok usia produktif 25 – 54 tahun yang juga merupakan angkatan kerja. Oleh karena itu, pelayanan penemuan dan pengobatan TB di Indonesia harus diupayakan agar menjangkau seluruh masyarakat menuju terwujudnya Indonesia Bebas TB.
Penemuan dan pengobatan seluruh penderita TB sampai sembuh, sangat penting. Sebab, penderita TB berpotensi menularkan penyakit pada orang di sekitarnya, termasuk keluarga dan lingkungan kerjanya. Masih adanya penderita TB yang belum diobati akan berpotensi terjadinya penularan yang lebih luas di masyarakat.
Sejak 6 dasa warsa yang lalu Pemerintah bersama Masyarakat telah melaksanakan Program Pengendalian TB. Dewasa ini, pelayanan TB untuk pemeriksaan dan pengobatan sudah tersedia di seluruh Puskesmas dan RS Pemerintah. Pelayanan TB ini diperkuat dengan upaya penemuan dan deteksi penderita TB oleh petugas kesehatan dibantu Kader Kesehatan. Dengan dilakasnakannya program Jaminan Kesehatan Nasional dan Program Indonesia Sehat, maka akses masyarakat Indonesia pada pelayanan kesehatan – termasuk pelayan TB juga makin meningkat.
Pengendalian TB di Indonesia telah berhasil menemukan dan mengobati sekitar 86% penderita TB yang ada. Dalam melaksanakan Pengendalian TB kita menghadapi tantangan seperti 1) wilayah yang luas dan berbentuk kepulauan dengan penduduk yang tersebar tidak merata, 2) ada sebagian penderita TB yang tidak menunjukkan gejala sehingga mereka tidak berobat, dan 3) masih ada stigma terhadap penderita TB sehingga mereka enggan berobat .
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email kontak@depkes.go.id.