Apoteker diharapkan dapat lebih aktif dalam mengetahui secara langsung kondisi dan kebutuhan pasien, tidak hanya bertugas di apotek menghadapi resep dan obat yang dia keluarkan. Selain itu, apoteker juga memiliki peran yang kuat dalam peningkatan pemakaian obat generik di sarana pelayanan kesehatan di Indonesia.
Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr.PH., saat membuka acara 5th Conference of Asian Association of School of Pharmacy (AASP) pada 17 Juni 2011, di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB).
Turut hadir dalam acara tersebut Rektor ITB, Prof. Akhmaloka, PhD., Ketua Ikatan Apoteker Indonesia, Drs. Mohamad Dani Pratomo, MM, Apt., dan AASP President, Dr. Ji-Wang Chern, yang juga merupakan Dekan Riset dan Kerjasama pada National Taiwan University (NTU).
Sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan, keterlibatan apoteker sangat penting dalam mempromosikan kesehatan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap obat esensial dan vaksin, yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pemerintah dalam pembangunan kesehatan.
Menurut Menkes, farmasi merupakan satu dari tiga pilar penting pelayanan kesehatan, di samping kedokteran dan keperawatan, yang diatur dalam PP Nomor 51 tahun 2009 tentang pelayanan farmasi di Indonesia.
Menjawab pertanyaan wartawan seputar pengobatan herbal di Indonesia, Menkes menjelaskan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan memiliki program saintifikasi jamu. Program ini memungkinkan jamu atau obat-obat herbal tradisional yang sudah teregister dan memiliki izin edar dapat diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan konvensional, sehingga dapat digunakan di pelayanan kesehatan formal.
Konferensi dua tahunan yang kelima Perhimpunan Perguruan Tinggi Farmasi se-Asia ini merupakan yang pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia. Pertemuan yang mengusung tema “The Pharmacist as a Key Health Care Player: The Interplay of Education, Science, and Practice” bertujuan untuk menjalin informasi ilmiah dan akademi di antara perguruan tinggi farmasi Asia, yang akan diwujudkan dalam suatu “the first Pharmacy Deans Forum in Asia” untuk membahas pendidikan farmasi di masa depan.
Kegiatan yang dilangsungkan selama tiga hari (17-19 Juni 2011) ini diikuti 221 peserta yang berasal dari 15 negara anggota AASP, yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Korea, Hongkong, India, Pakistan, Iran, RRC, Taiwan, Australia dan USA. Para peserta tersebut merupakan perwakilan institusi farmasi dari negara-negara tersebut.