Aktifitas Gunung Soputan Sulawesi Utara sudah mulai menurun. Kondisi umum sudah mulai normal. Tidak ada lagi hujan debu. Namun sisa-sisa debu erupsi masih ada di jalanan, menempel di pepohonan, maupun rumah warga di
beberapa desa di Kab. Minahasa Tenggara.
Yang perlu diantisipasi kini adalah kesehatan lingkungan (dampak lingkungan bagi kesehatan masyarakat) pasca letusan gunung seperti ini.
Di beberapa desa sarana air minum
saat ini masih diperbaiki, diharapkan segera akan berfungsi kembali. Sedangkan sumur gali sudah berfungsi kembali. Sumber mata air di Desa Pangu masih diperbaiki.
Tim Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI membawa logistik kesehatan lingkungan (KesLing) ke lokasi (untuk penanganan pasca bencana) berupa :
– 500 sachet PAC,
– 1.500 tab aquatab,
– 1 unit sprayer,
– 20 pasang sepatu boot,
– 20 buah kacamata google,
– 25 buah baju pelindung dan
– 24 botol Kaporit kemasan
Sementara itu, hasil rinci analisa kimia abu vulkanik Gunung Soputan yang dilakukan oleh BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan-suatu Unit Pelaksana Teknis yang langsung dibawah Direktorat Jenderal P2PL Kemenkes RI) Manado, (pengambilan sampel oleh BTKL Manado di lokasi bencana pada 6 Juli 2011 dan hasil selesai diperiksa 8 Juli 2011 kemarin), semua di bawah ambang batas sebagai berikut:
– Lokasi Desa Noongan III
Kec. Langowan Barat Kab. Minahasa dan Desa Pangu Kec. Ratahan Timur Kab. Minahasa Tenggara
1) CO : 6020 & 7224 ug/Nm3, ambang batas : 30.000.
2) NO2 : 27,21 & 36,27, ambang batas :400.
3) SO2 : 52, ambang batas : 900.
4) PM 10 : 227 & 315 , ambang batas : 150.
5) PM: 2,5 : 62 & 136 ambang batas : 65.
6) H2S : 0,01 ppm ambang batas : 0,02 ppm.
Kami terus memantau keadaan lingkungan dalam dampaknya bagi kesehatan masyarakat di daerah letusan ginung berapi ini.
Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI