Kelainan pertumbuhan pada anak kerap kali ditemukan. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya kebutuhan anak akan stimulasi perkembangan. Padahal, semakin dini upaya deteksi dan intervensi dilakukan, maka banyak kasus gangguan pertumbuhan perkembangan dapat lebih cepat diatasi. Kasus-kasus yang terlambat ditangani akan berdampak negatif terhadap masa depan anak.
Demikian disampaikan Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu & Anak, Dr. dr. H. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, M.Kes saat membuka kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Anak-anak Karyawan di Lingkungan Kementerian Kesehatan di kantor Kemkes, Jakarta (19/07). Acara dengan tema “Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Mengoptimalkan Potensi Anak” ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Anak Nasional (HAN) 2011.
Dr. Slamet Riyadi menuturkan, perhatian yang serius terhadap anak usia dini menjadi sangat penting mengingat pada masa itu adalah golden period (periode emas) sekaligus juga merupakan critical period (masa kritis) dikarenakan plastisitas otak anak mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positif otak pada masa ini lebih terbuka untuk proses pembelajaran. Sedangkan sisi negatifnya lebih peka terhadap lingkungan yang tidak mendukung, seperti asupan gizi yang tidak adekuat, kurang stimulasi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
“Dengan adanya pemeriksaan SDIDTK, diharapkan dapat terdeteksi secara dini adanya penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan mental emosional, autisme, hiperaktivitas, dan gangguan pemusatan perhatian pada anak”, tambahnya.
Dr. Slamet Riyadi menyatakan, deteksi tumbuh kembang pada anak di bawah 1 tahun dilakukan setiap tiga bulan, sementara anak yang berusia di atas satu tahun deteksi dilakukan setiap 6 bulan. Jika ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Sementara itu, menurut pakar kesehatan anak yang juga pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSI, ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi, yaitu kebutuhan fisik, kasih sayang. Oleh karenanya, pemeriksaan SDIDTK sangat penting dilakukan secara berkala, terutama pada usia tiga tahun pertama.
“Pemeriksaan SDIDTK terdiri dari pemeriksaan status gizi dengan indikator pertumbuhan tinggi, berat badan dan pengukuran lingkar kepala; pengecekan kemampuan penglihatan dan pendengaran; serta pemantauan terhadap perkembangan emosi, hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatian”, ujar dr. Soedjatmiko.
Kegiatan pemeriksaan SDIDTK dalam rangka Hari Anak Nasional ini diselenggarakan selama dua hari, 19-20 Juli 2011. Pada hari pertama, sebanyak 235 anak telah hadir untuk menjalani pemeriksaan SDIDTK. Hari kedua, kurang lebih 300 anak menyusul untuk mendapatkan pemeriksaan yang sama.