Pencapaian eradikasi polio (ERAPO) merupakan sebuah komitmen global. Diharapkan, pada tahun 2020 kita akan mewujudkan Eradikasi Polio di seluruh dunia. Jika hal ini dapat kita wujudkan, maka ini adalah sebuah prestasi besar kedua yang dicapai masyarakat dunia di bidang kesehatan setelah pembasmian atau Eradikasi Cacar atau Variolla yang dicapai pada tahun 1974.
Rangkaian strategi menuju pencapaian ERAPO dimulai pada tahun 1988, dan sejak saat itu insidens atau angka kejadian kasus polio di dunia menurun hingga lebih dari 99%. Negara endemis polio telah berkurang dari 125 negara menjadi hanya 2 negara yang tersisa yaitu Pakistan dan Afganistan.
Indonesia, bersama dengan negara-negara di Regional Asia Tenggara telah mendapatkan Sertifikat Bebas Polio dari World Health Organization (WHO) pada tanggal 27 Maret 2014. Namun, meskipun telah dinyatakan bebas polio, risiko penyebaran polio di Indonesia tetap tinggi selama virus polio liar masih bersirkulasi di dunia dan faktor risiko untuk terjadi penularan masih tetap ada oleh karena kekebalan masyarakat yang belum optimal yang disebabkan karena masih terdapatnya daerah-daerah kantong dengan cakupan imunisasi polio rutin yang rendah selama beberapa tahun.
Penularan virus polio yang berasal dari luar negeri (importasi) pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2005, padahal sebelumnya sudah 10 tahun Indonesia tidak memiliki kasus polio. Kejadian tersebut dimulai dari kasus di Sukabumi pada Januari 2005, dan kemudian menyebar ke provinsi lain di pulau Jawa dan Sumatera, dengan total kasus 305 anak. Virus polio import tersebut diduga berasal dari Nigeria yang menyebar melalui Timur Tengah. Penularan tersebut terjadi terutama pada anak-anak yang rentan terhadap penyakit polio oleh karena belum mendapat imunisasi polio sama sekali atau imunisasi polio yang diperoleh belum lengkap. Berdasarkan keadaan ini, maka Indonesia harus melakukan pemberian imunisasi tambahan polio untuk mendapatkan kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga akan dapat mempertahankan status bebas polio yang telah diperoleh dan juga sebagai upaya untuk mewujudkan Dunia Bebas Polio.
Imunisasi tambahan ini dikenal dengan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang akan dilaksanakan pada tanggal 8 s.d 15 Maret 2016 di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di DI Yogyakarta (hal ini dikarenakan DIY tidak lagi menggunakan vaksin polio tetes, sementara PIN Polio menggunakan vaksin polio tetes), dengan target cakupan >95%. Sasaran kegiatan PIN adalah anak usia 0-59 bulan (balita), yang merupakan kelompok paling rentan untuk tertular virus polio. PIN dilaksanakan di Pos PIN, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit serta pos pelayanan imunisasi lainnya di bawah koordinasi Dinas Kesehatan setempat (mis: sekolah, pasar, terminal, pelabuhan, dan bandara).
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP. 196110201988031013