Hari ini, Ketua Komisi IX DPR RI bersama Gubernur Prov. Jateng melakukan kunjungan kerja ke Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu.
B2P2TOOT Tawangmangu adalah salah satu satuan kerja di bawah Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan yang tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.
Hasil Riset Tumbuhan Obat dan Jamu, B2P2TO2T telah menginventarisir 25.821 formula yang berasal dari etnis berbagai provinsi di Indonesia, dan sekitar 3000 tanaman obat. Jumlah ini akan bertambah pada survei lanjutan di tahun 2017. Melalui database tersebut, pengembangan bahan baku obat akan terus didorong sesuai perintah yang diinstruksikan oleh Presiden, melalui Perprs no. 6 tahun 2016.
B2P2TOOT bersinergi dengan elemen ABGC (academy, business, government, community) telah memiliki kolaborasi berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bahan baku obat, yaitu (1) produksi obat DHP (dihidroartemisinin + piperakuin) berbahan baku lokal Artemisia annua, hasil kerjasama antara B2P2TOOT, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan/BTDK, ITB, LIPI, Kementan, Indofarma; (2) Cassiarin A dari Johar (Cassia siamea) sebagai obat malaria, rencana kerjasama antara B2P2TOOT, UNAIR, Pusat BTDK, LIPI, BPPT, Industri; (3) bahan baku obat katekin sebagai antioksidan berasal dari gambir (Uncaria gambir), hasil kerjasama antara B2P2TOOT, Pusat BTDK, LIPI, PT Deltomed; dan yang saat ini sedang diinisiasi; serta (4) pengembangan bahan baku obat silymarin dari tanaman obat Silybum marianum, sebagai bahan baku obat untuk pelindung fungsi hati.
Pada tahun 2013, telah ditetapkan Permenkes No. 87 tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat, beberapa strategi yang tercantum di dalamnya, antara lain: (1) menguatkan riset di bidang bahan baku obat yang berorientasi pada kebutuhan; (2) Inventarisasi kebutuhan bahan baku obat yang feasible; dan (3) Inventarisasi/kajian riset di bidang bahan baku obat yang telah ada. Di bidang penelitian dan pendidikan, Kemeristek Dikti mencantumkan bidang pengembangan teknologi kesehatan dan obat sebagai salah satu dari 10 bidang fokusnya. Tema dan topik riset bidang pengembangan teknologi kesehatan dan obat meliputi teknologi kemandirian bahan baku obat.
Kunjungan kerja Komisi IX DPR ke B2P2TOOT Tawangmangu pada hari Rabu, 30 November 2016, diharapkan dapat meningkatkan sinergisme ABGC. Pemerintah harus terus pro aktif dan memiliki “political will” untuk mendukung peningkatan kemandirian bahan baku obat ini. Pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif dan membuat kebijakan yang kondusif bagi industri untuk mengembangkan bahan baku obat, serta menciptakan berbagai skema pendanaan penelitian untuk mendorong kolaborasi riset antara peneliti dan industri.
“Dukungan pemerintah ini sangat penting dalam rangka penelitian dan pengembangan menuju kemandirian Indonesia dalam bidang bahan baku obat,” ujar Kepala B2P2TOOT.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021)5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id