Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya intervensi kesehatan, mulai dari penambahan personel; penambahan logistik dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit seperti masker, kantong sampah dan rapid diagnostik test; pemberian kantong sampah; pemberian sticky trap lalat dan cara penggunaannya; penyemprotan lalat dna nyamuk di wilayah pengungsian; pencarian faktor risiko terjadinya penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) di wilayah pengungsi; pengendalian faktor risiko (pembersihan); risk assesment di 6 pos kesehatan; survei sanitasi dan pengamatan vektor di beberapa pos pengungsian; serta untuk penanganan masalah kejiwaan telah dibentuk tim kesehatan jiwa Aceh yang terdiri dari dokter spesialis jiwa, psikologi klinis, perawat dan sarjana/mahasiswa psikologi bertugas pada 11-20 Desember 2016.
“Kemenkes juga membangun surveilans untuk melihat tren penyakit potensial KLB dan memantau faktor risikonya”, tutur Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, drg. Oscar Primadi, MPH, menanggapi pertanyaan terkait upaya Kemenkes mencegah berkembangnya penyakit khususnya yang berpotensi wabah di pengungsian, Rabu (14/12).
Ditambahkan, berdasarkan laporan harian Subdit Surveilans Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Kemenkes RI per tanggal 12 Desember 2016 disebutkan bahwa penanganan kesehatan lingkungan perlu dikuatkan.
Kemenkes telah melakukan survei terhadap faktor lingkungan di 8 posko pengungsian. meskipun sebagian besar dikelola dengan baik namun oleh karena tempat penampungan sampah belum tersedia, maka sampah menumpuk di pintu pengungsian. Selanjutnya air untuk keperluan sehari-hari umumnya menggunakan air sumur dan sebagian menggunakan sumur bor. Kebanyakan sumber air yang sedikit keruh tidak berbau. Ketersediaan air untuk rumah tangga cukup, namun untuk air minum kurang. Pada umumnya, pos pengungsian tidak memiliki saluran pembuangan limbah air, ini bisa menjadi faktor risiko lingkungan.
“Berdasarkan gambaran permasalahan tersebut, petugas kesehatan telah melakukan penyuluhan mengenai tata kelola sampah, penggunaan sticky trap guna mengurangi vector lalat”, imbuhnya.
Upaya pengendalian kesehatan lingkungan di posko pengungsian pasca gempa Pidie Jaya dilakukan secara berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.