Jakarta, 9 Februari 2017
“Siang Klinik”, inilah acara yang kerap diadakan di RS Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Sulianti Saroso, Jakarta. Kali ini topik yang diangkat adalah Mengenal Penyakit Antraks dan Penatalaksanannya. Direktur Medik dan Keperawatan RS Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Sulianti Saroso, dr. Dyani Kusumowardhani, Sp. A (K) mengatakan belakangan banyak timbul pertanyaan dari masyarakat mengenai antraks, menyusul pemberitaan kasus ini di DIY beberapa waktu lalu.
“Kami ingin merespon cepat karena beberapa waktu lalu ada berita kasus antraks di DIY. Yogyakarta. Laporan terakhir kemarin di sana ada 16 kasus dengan antraks kuklit dan semuanya juga sembuh dan tidak menyebar kemana-mana. Kemudian timbul banyak pertanyaan dari masyarakat, apa yang harus kita lakukan,” ujar Dyani di sela-sela acara Siang Klinik di Auditorium RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, Kamis (9/2/2017). Hadir pada acara ini perwakilan dari RS di Jabodetabek dan Puskesmas di seluruh Prov. DKI Jakarta. Acara serupa pernah dilakukan untuk kasus Zika, MERS-CoV, Flu Burung dan SARS.
Menurut Dyani, antraks setiap tahun selalu ada kasus tapi memang tidak banyak dan selalu bisa diisolasi sehingga tidak menyebar luas. Mengingat antraks adalah penyakit menular akut diperlukan upaya pengenalan dan pencegahan lebih mendalam.
“Kami siap melakukan sosialisasi di daerah juga jika memang dibutuhkan, kami siap membantu,” tambah Dyani.
Antraks merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthraxis. Bakteri ini memiliki kemampuan membentuk spora yang tahan terhadap perubahan cuaca dan mampu bertahan di tanah selama bertahan-tahun sehingga sulit untuk dieliminasi.
Proses penularan bakteri dari hewan ke manusia tidak mesti secara langsung. Tanah bekas hewan mati akibat antraks pun menjadi berbahya. Bakteri mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka atau kulit yang mengelupas walaupun kecil. Kasus banyak terjadi di daerah pertanian dan perindustrian yang memproduksi produk dari kulit.
Dyani mengatakan bakteri itu sangat mematikan bila sampai ke otak. Antraks dapat terjadi pada kulit, sistem pernapasan, dan saluran pencernaan. “Gejala awal yang terlihat pada kulit misalnya, nampak seperti luka kemudian membentuk seperti ulkus. Penyakit tersebut dapat disembuhkan kalau dengan pengobatan yang tepat dan segera,” ujarnya.
Untungnya, kata Dyani, tingkat bahaya di Indonesia cukup rendah, namun harus waspada karena gejala awalnya sangat umum, tidak terlalu khas, sehingga kebanyakan masyarakat tidak langsung berpikir bahwa itu penyakit antraks.
Kementerian Pertanian melakukan pencegahan dengan memberikan vaksin kepada hewan ternak. Penanganan pada hewan yang terkena antraks dilakukan isolasi untuk mencegah supaya tidak terjadi pada manusia. Bagi tanah yang tercemar bakteri spora harus dilakukan monitoring terlebih dahulu.
Dokter hewan Pudjiatmoko mengatakan pihaknya akan memonitoring pada tanah yang tercemar untuk dilakukan desinveksi dan melakukan pelarangan dipergunakan untuk bercocok tanam di tanah tersebut, kemudian diplaster.
“Pada manusia, jika terkena antraks harus segera dilaporkan agar bisa ditangani cepat dan tidak menyebar ke masyarakat luas. Sayangnya, vaksin untuk manusia di Indonesia sampai saat ini belum tersedia,” katanya.
Karena itu, lanjut dia, masyarakat diharuskan segara melapor bila diduga terdapat antraks baik pada manusia atau hewan.
RSPI Rujukan Pertama Penyakit Infeksi
RSPI Prof. Sulianti Saroso menjadi rumah sakit rujukan pertama yang menangani berbagai penyakit infeksi. Terdapat ruang isolasi ketat berstandar WHO, yakni harus terpisah dengan penyakit lain dan terdapat filter khusus untuk udara, sehingga tidak ada pencemaran atau penularan di ruangan tersebut. Setiap orang yang hendak memasuki ruangan itu harus mengenakan pakaian steril dan kedap udara.
Selain itu, RSPI merupakan isntitusi yang menjadi rujukan dan pusat kajian infeksi dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan penyakit infeksi baik yang new emerging, re-emerging maupun penyakit tropis lainnya.
“Pada intinya kami menangani semua jenis penyakit infeksi, kami punya ruang isolasi ketat sehingga pasien-pasien yang tertular yang harus dipisahkan diisolasi secara ketat, kami punya fasilitas tersebut,” tambah Dyani.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.