Jakarta, 26 April 2016
Kementerian Kesehatan menjadi penyumbang terbanyak TOP 99 inovasi pelayanan publik dengan memasukan 4 inovasi pelayanan publik tingkat nasional yang diselenggarakan KemenPAN & RB tahun 2017 dibanding Kementerian/Lembaga yang lain. Ke 4 Inovasi itu berasal dari Direktorat Bina Upaya Kesehatan, RSUP dr. Kariadi Semarang, Badan Litbangkes dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1.
Guna menuju TOP 40 inovasi pelayanan publik, maka mereka yang masuk TOP 99 inovasi pelayanan publik wajib memasuki tahapan presentasi dan wawancara dengan Tim Panel Independen, yang terdiri dari JB Kristiadi (Ketua), Siti Zuhro Eko Prasojo, Wawan, dan Nurjaman. Hari pertama sebanyak tujuh inovator, empat di antaranya dari Kementerian Kesehatan, mempresentasikan inovasinya pada tanggal 20 April 2017.
Inovasi pertama berjudul 119 – Kolaborasi Nasional Layanan Emergensi Medik di Indonesia. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo dan Dirjen Pelayanan Kesehatan Bambang Wibowo hadir untuk mempresentasikan inovasi yang bertujuan untuk mendekatkan akses layanan yang bersifat aktif, terpadu secara nasional. “Layanan ini ada di pusat dan di daerah, diintegrasikan dengan kepolisian, pemadam kebakaran, serta BPBD. Targetnya setiap daerah memiliki akses 119,” ujar dr. Untung.
Inovator kedua dari RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan inovasi ‘3 In 1 Kariadi Peduli’. Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Semarang Agus Suryanto mengatakan, di era pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) biaya penunjang sering menjadi masalah. Pasalnya, banyak pasien tidak mampu membayar biaya ambulan jenazah, sementara pelayanan RSUD memerlukan waktu dan tenaga untuk mendapatkan pelayanan antar unit layanan. “Kami ingin meringankan pelayanan khususnya untuk masyarakat miskin. Solusinya, rumah singgah gratis, ambulan jenazah gratis, mobil angkutan pelayanan internal juga gratis,” ujarnya.
Ditambahkan, dengan 3 in 1 maka akan terjadi peningkatan kualitas pelayanan secara berkesinambungan, baik kualitas pelayanan maupun kepuasan masyarakat dengan ekstra layanan ini kualitas RS akan meningkat. Penggunaan rumah singgah berkembang dari Tahun 2014 sebanyak 527 dan 2016 mencapai 4413 unit. Dampaknya, masyarakat terbantu biaya, mempermudah akses, serta produktivitas meningkat. “Kami juga mendapat akreditasi nasional dan internasional, dan telah menerima predikat WBK dan WBBM dari Kementerian PANRB,” ujarnya.
Inovasi yang tampil ketiga dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dengna judul inovasi Laboratorium Manajemen Data. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Siswanto menjelaskan, pemanfaatan data oleh Litbang Kesehatan selama ini tidak tercatat. Selain itu, hasil penelitian belum tertata menjadi satu kesatuan. Dalam inovasi ini, pelayanan dilakukan satu pintu sebagai pemanfaatan data. Metode analisa bisa dikonsultasikan, untuk menghindari duplikasi.
Dampak dari inovasi ini, seluruh hasil penelitian dapat terkumpul, akses klien menjadi mudah, dan judul penelitian dapat diunduh. Data ini sangat bermanfaat untuk pendidikan, laporan program non pemerintah, jenjang karir, kebijakan program pemerintah. “Selain itu, terjadi peningkatan kualitas penelitian serta utilisasi,” ujarnya.
Inovator keempat dari Poltekkes Jakarta I, dengan inovasi Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Pembuatan Soket Kaki dan Tangan Palsu (Prostesis). Inovasi ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa banyak penderita cacat gerak yang menjadi difabel sulit mendapatkan kaki/tangan palsu karena selain mahal, produk ini yang berbahan tranformal plastik umumnya harus impor.
Dari hasil penelitian yang cukup panjang, ternyata tanaman eceng gondok yang di banyak daerah merupakan gulma atau hama, dapat dibuat soket kaki/tangan palsu, setelah proses pengeringan, penganyaman, laminasi, soket, perakitan dengan tungkai tambahan, sehingga dapat digunakan. Keuntungan lain, eceng gondok dapat didaur ulang, go green, proses produksinya juga sederhana, dan sekaligus memberdayakan masyarakat. “Sampah menjadi berkah,” ujar Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan Kirana Pritasari, saat menyampaikan paparannya.
Ke 4 Inovasi yang masuk TOP 99 tersebut merupakan hasil seleksi tim Independen yang telah menyaring dari 3054 proposal inovasi dari seluruh Kementerian, Lembaga, BUMN, BUMD, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Khusus Kementerian Kesehatan Tahun 2017 ini telah berhasil mengirimkan 34 Inovasi.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, untuk mendorong peningkatan dan inovasi layanan publik di lingkungan Kementerian Kesehatan, tahun mendatang akan menyelenggarakan kompetisi inovasi layanan publik tingkat internal Kementerian Kesehatan dan pameran inovasi pelayanan publik bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2018.
“Melalui kompetisi inovasi pelayanan publik dan pameran inovasi pelayanan publik bidang kesehatan ini diharapkan akan mendorong percepatan terjadinya studi tiru inovasi pelayanan publik. Dengan demikian, Badan Layanan Publik yang sejenis dapat meniru inovasi pelayanan publik yang sudah ada, melalui ATM atau amati, tiru dan modifikasi”, ujarnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021)5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP.196110201988031013