Jakarta, 15 Mei 2017
Kementerian Kesehatan RI bersinergi dengan Tobacco Control Support Center (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyelenggarakan The 4th Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) selama tiga hari, mulai 14-16 Mei 2017 di Jakarta.
Pertemuan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka World No Tobacco Days atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2017 yang diperingati setiap tanggal 31 Mei setiap tahun. The 4th ICTOH dibuka secara resmi oleh Ketua IAKMI, Dr. Ridhwah Thaha; Director of Tobacco Control of the Union, Dr. Gan Quan; WHO Representative Indonesia, Dr. Jihane Tawilah; dan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K).
Dilatarbelakangi oleh epidemi konsumsi rokok di Indonesia yang telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Lebih dari sepertiga (36.3%) penduduk Indonesia dikategorikan sebagai perokok saat ini. Di antara remaja usia 13-15 tahun, terdapat 20% perokok, yang mana 41% diantaranya adalah remaja laki-laki dan 3,5% remaja perempuan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. Prevalensi perokok Laki-laki dewasa di Indonesia bahkan yang paling tinggi (68,8%) di dunia. Padahal rokok merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit paru obstruktif kronis, dan sangat berkaitan dengan perilaku merokok.
Kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh setidaknya 235.000 jiwa setiap tahunnya dan memicu penyakit-penyakit yang memerlukan biaya pengobatan cukup besar. Berdasarkan hal tersebut pula banyak pihak mengkhawatirkan kasus PTM dapat menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan jaminan kesehatan nasional (JKN).
Saat ini, prevalensi merokok yang tinggi pada kalangan remaja akan menurunkan kualitas generasi penerus bangsa sehingga menjadi ancaman besar bagi keberhasilan pencapaian bonus demografi Indonesia. Hal ini tentu akan menghambat laju pembangunan bangsa.
Seperti kita ketahui, para pemimpin dunia telah menyapakati sebuah target pembangunan baru yang disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Tujusn pembangunan kesehatan saat ini harus komprehensif, tidak hanya berfokus pada penyakit menular utama serta kesehatan ibu dan anak, tetapi juga PTM. Penanggulangan PTM dan pengendalian konsumsi rokok (aksesi FCTC) menjadi salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut. Masuknya isu pengendalian tembakau dan penanggulangan PTM ke dalam indikator pencapaian SDGs seharusnya menjadikan program tersebut secara otomatis menjadi prioritas pembangunan di tingkat nasional.
Sekilas tentang The 4th ICTOH
Sejalan dengan upaya di tingkat global tersebut, diselenggarakannya konferensi nasional pengendalian tembakau yang keempat ini mengangkat isu mengenai pentingnya integrasi program pencapaian SDGs dengan salah satu upayanya adalah pengendalian tembakau di Indonesia.
Di dalamnya mempertemukan berbagai pihak yang peduli pada upaya pengendalian tembakau di Indonesia, untuk menuju generasi muda bebas tembakau. Kegiatan ini juga diikuti oleh kalangan Pemerintah, Akademisi, Organisasi profesi, Organisasi Kemasyarakatan, Peneliti, Mahasiswa dan Masyarakat.
Adapun tujuan pertemuan tersebut yaitu: a) membangun komitmen para pihak mengenai pentingnya upaya pengendalian tembakau sebagai upaya kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan; b) Membangun kesepakatan untuk mengintegrasikan program pengendalian tembakau dan pencapaian SDGs; c) Membahas berbagai peluang dan tantangan kebijakan pengendalian tembakau di tingkat nasional dan daerah; serta d) Sebagai ajang untuk mempresentasikan berbagai riset dan best practices pengendalian tembakau.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH