Jakarta, 15 Mei 2017
Dampak buruk yang ditimbulkan oleh rokok tidak hanya merugikan sektor kesehatan, tetapi mengakar pada pembangunan nasional secara keseluruhan. Kementerian Kesehatan RI bersinergi dengan Tobacco Control Support Center (TCSC) dan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyelenggarakan The 4th Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) dengan harapan menghasilkan solusi bagi masalah yang ditimbulkan akibat merokok.
Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Farid Moeloek, SpM (K) mengatakan kita bisa melihat keadaan negara kita, bukan harus menutup mata tetapi membuka mata mengenai apa yang terjadi di negara ini. Bagaimana kegalauan kita terhadap anak-anak yang semakin lama semakin meningkat dalam mengonsumsi rokok.
Lebih dari 36% penduduk Indonesia dikategorikan sebagai perokok saat ini. Di antara remaja usia 13-15 tahun, terdapat 20% perokok, yang mana 41% di antaranya adalah remaja laki-laki dan 3,5% remaja perempuan. Bahkan ada yang mulai merokok dengan usia yang sangat dini sekali, yakni 5-9 tahun.
“Ini merupakan suatu hal yang patut kita perhatikan karena keterkaitannya dengan kesehatan untuk selanjutnya,” kata Menkes Nila Moeloek pada The 4th Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH), di Balai Kartini, Jakarta, Senin (15/4).
Pesoalan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, Kementerian Kesehatan sangat menekankan pencegahan dan promotif. Penting, lanjut Menkes, kalau kita perhatikan dasar dari semua ini adalah bentuk perilaku.
Ancam Bonus Demografi
Dengan bonus demografi di Tahun 2030, kata Menkes, saya kira ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kita perlu sumber daya manusia atau tentunya anak-anak, muda, dan dewasa yang produktif. Berarti harus ada yang sehat karena jumlahnya akan jauh melebihi dari jumlah orang tua yang tidak produktif hingga kita bisa mendapatkan peluang bonus demografi.
“Kalau ini yang tidak kita jaga, bukan bonus yang kita dapatkan justru disaster yang kita dapatkan. Peluang ini hanya sekali di dalam suatu negara. Jadi saya kira ini perlu diperhatikan bahwa kita betul-betul menginginkan SDM yang berkualitas agar negara kita menjadi negara yang tentu maju dan kuat.
Kemenkes lebih menyadari begitu banyaknya persoalan dan tidak mungkin Kemenkes bekerja sendiri, diperlukan kerjasama lintas sektor. Selain itu, Menkes meminta kawasan tanpa rokok (KTR) agar terus didorong agar KTR ini ada di mana-mana dan diiringi dengan kebijakan dari kabupaten/kota.
“Saya minta kongres ini tolong solusinya, artinya apa yang bisa kita lakukan, implementasinya secara solid kepada masyarakat, apapun juga kampanyekan tidak merokok untuk anak-anak dan berikan peringatan tentang apa yang terjadi jika merokok. Kita ingin bangsa kita menjadi kuat, kita ingin bangsa kita menjadi bangsa yang bisa bersaing dengan negara lain dimulai dari anak-anak kita,” kata Nila.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH
NIP.196110201988031013