Jemaah haji akan mengalami masa kelelahan yang luar biasa pada pasca armina, karena jemaah merasa sudah berhaji, setelah melaksanakan wukuf di Arofah. Semangat jemaah sudah menurun, bahkan ada juga yang kepingin meninggal di Tanah Suci. Kondisi ini yang harus mendapat perhatian petugas haji, khususnya bidang kesehatan.
Demikian penjelasan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, di Jakarta (25/7).
“Untuk mengantisipasi kondisi jemaah pasca armina ini, petugas kesehatan harus mengontrol kesehatan jemaah, sehingga angka kematian di rumah sakit atau pondokan dapat diminimalisir”, ujar dr. Eka.
Menurutnya, jemaah yang mengalami penurunan kesehatan bukan hanya jemaah yang risiko tinggi (risti) saja, tapi mereka yang awalnya tidak risti pasca armina pun kesehatannya menurun. Nah, apa yang harus petugas lakukan ketika kondisi seperti ini.
Ketika semua pasien sudah dirujuk ke RSAS, maka petugas kesehatan harus mengunjungi mereka mendapat penyuluhan untuk memperbaiki kelelahan. Jemaah di motivasi untuk sehat, sekalipun ada juga yang ingin meninggal di Arab Saudi.
“Pasca armina petugas harus kuat mental dan jangan lelah, karena kekuatan itu ada pada petugas”, tegas dr. Eka.
Saat melakukan kunjungan ke rumah sakit, petugas harus mampu menjadi motivator jemaah agar mempunyai semangat untuk sembuh. Petugas juga harus siap menyuapi pasien yang tidak mau makan, bahkan menyiapkan makanan itu sampai pasien bersedia makan.
“Contoh pasien tidak mau makan, padahal rumah sakit sudah menyediakan pisang, maka petugas harus mau menyuapi pasien makan pisang dengan menyuapi sedikit demi sedikit pakai sendok. Itulah tugas kita semua”, jelas Eka.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH