Madinah, 26 Juli 2017
Oleh: Prawito
Panasnya politik Timur Tengah, antara Arab Saudi dan tetangganya, tak ada hubungannya dengan panas dingin Arab Saudi judul di atas. Jadi ngak usah serius membacanya. Cukup buka hp, grup wa, atau mungkin rilis sehatnegeriku.com. Itupun kalau mau, karena infonya juga ngak penting-penting amat, apalagi genting. Tapi kalau memang dirasa perlu juga silahkan, ngak ada paksaan kok….
Tengah malam, dinihari, tepatnya, 27 juli 2017, pukul 01.00 waktu Arab Saudi. Bersiap waktunya tidur, seperti saran Kasie Kesehatan Daker Madinan, dr.Edi Supriatna, MKK, saat memberi arahan kepada seluruh pasukan petugas kesehatan haji, pukul 23.00 watku Madinah. Dia berkata, kepada seluruh kawan-kawan, silahkan mengambil haknya masing-masing yang disediakan Allah SWT untuk melayani jemaah haji. Setelah pertemuan ini silahkan berproses pengambilan hak itu. Siapa yang mau tidur silahkan, siapa yang akan menuju sektor silahkan, sopir sudah tersedia, mohon pak supir dapat mengantar temen-temen sektor malam ini juga. Khusus tim mobile, malam ini tidur di hotel, tapi menunggu penyelesaian pembayaran dulu, jadi mohon kesabarannya.
Tengah malam hingga dini hari, semua berproses. Mulai dari tim IGD, Fron liner, Perawatan, farmasi, termasuk tim auditor,hingga dini hari masih berada di depan komputer, menyiapkan laporan auditnya, di lantai 2 gedung Kantor Kesehatan Haji Indonesia(KKHI) di Madinah. Sementara di loby, masih sibuk mengatur pemberangkatan tim menuju sektor dan pengedropan tim mobile ke hotel yang telah ditetapkan. Sebagian mereka menunggu dengan mata kuyu, sebagian lain sibuk telpon berkoordinasi.
“Saya belum akan tidur, sebelum semua tim bisa tidur ditempatnya masing-masing. Khusus teman-teman sektor, bila sampai sektor, setelah koordinasi dengan teman Kemenag, ternyata belum tersedia tempat tidur, silahkan kembali ke KKHI, termasuk tim mobil, bila belum dapat masuk hotel karena tertahan administrasi, silahkan kembali juga ke KKHI, mari kita tidur bersama dan nikmati fasilitas yang ada ini bersama-sama”, kata dr. Edi.
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Saya bersiap untuk tidur. Masuk kamar, alhamdulillah dingin, kemudian mandi, alhamdulillah air panas. Bukan karena ingin air panas, tapi karena air di hotel, termasuk KKHI, tower penampungan terletak di lantai paling atas, sepanjamg hari terkena terik matahari yang berkisar 45-50 derajar celcius. Jadi airnya panas, sekalipun sudah dini hari.
Kalau hotel di tanah air, sudah biasa menemukan air dingin, lalu kita mau air panas. Kalau di Arab Saudi, semua panas, sedikit yang dingin. Temen berseloroh, kalau di Arab Saudi, pendingin termasuk kebutuhan pokok, karena semua sudah panas, hanya sedikit yang dingin, diantaranya kamar tidur dan mesjid.
Saya segera bergolek ditempat tidur sendiri, dua orang temen Saikhu Baidowi dan Nur Fadilah masih di Jakarta, belum datang, baru berangkat 27 Juli pukul 11.50. Suasana kamar yang dingin setengah hangat begitu terasa. Miring kanan-kiri, semakin terasa kehangatan, dinginya mulai berkurang, padahal selimut yang tersedia belum digunakan. Mau mencari ruang yang dingin, eh dapatnya justru kehangatan. Ada apa ini ?, jangan berpikir ngeres dulu….!, mau teruskan ceritanya..? Dari pada tidur juga susah, apa salahnya berbagi kehangatan.
Rupaya, saya memilih tempat tidur yang tepat menurut pikiran, yakni tempat tidur paling pinggir yang dekat AC, agar lebih dingin begitu. Setelah tidur beberapa saat justru yang terjadi rasa hangat, makin hangat dan lebih hangat, seperti terhipnotis….. Ternyata, kehangatan itu terpancar dari tembok dinding yang hanya berjarak 5 cm dari tubuh saya. Setelah saya mencoba menempelkan telapak tangan ke dinding ternyata dinding itu sangat panas. Setelah melihat suhu ruangan pada hp, ternyata menujukkan angka 37 derajat celcius. Lalu berapa panas dinding tembok itu, tentu lebih panas lagi bukan, itu ruangan sudah pakai AC pendingin lho…
Bagaimana hangatnya luar ruang ? Ketika berada di luar ruang, udara pastinya sangat panas, kalau dibandingkan dengan ukuran suhu di tanah air, Suhu pada Hp menunjuk angka 42 derajat celcius, itu pukul 21.00 malam waktu madinah. Udara yang bertiup juga hangat hampir panas. Pernah meniup bara api pembakar sate, terasa panas bukan. Seperti itulah kira kira terpaan panasnya angin Arab Saudi, apalagi siang hari, bener-bener ngak ada sejuk-sejuknya, rasanya hangat sampai dengan panas sekali.
Pernah, dr. Illyas, Kasie Tim Promotif dan Preventif (TPP) menggunakan payung ketika siang hari “kemayu” kalau budaya Indonesia, begitu menyebutnya. Ini bukan selfie lho ya…setelah share gaya berpayung dipinggiran jalan Arab Saudi yang terik itu. Rupaya Dia mencoba menggunakan alat pelindung diri dari terpaan panas Arab Saudi. Ingin merasakan mana yang paling nyaman, sehingga ketika memberi penyuluhan bisa lebih “makyuus” karena sudah dapat merasakan sendiri, tingkat kenyamanan dengan menggunakan pelindung diri.
“Setelah memakai baju lengan panjang, saya coba pakai payung saja, masih kurang nyaman, kemudian tambah pakai topi, lumayan sedikit nyaman, tambah lagi pakai tutup hidung lebih nyaman, tutup hidup dibasahi air, lebih nyaman lagi, ngak percaya..? Coba sendiri”, kata Illyas.
Malam itu, saya menghabiskan 3 botol air mineral 600 ml, padahal hanya dari pukul 21.00 hingga pukul 02.00. Kerongkongan kering, bibir mulai pecah-pecah dan sebagian teman sudah mengeluh telapak kakinya juga mulai pecah-pecah.
Nah, bagaimana cara melindungi diri dari sengatan panas lebih lengkapnya, selain seperti yang sudah diperagakan oleh “model” TPP kita dr. Illyas ?. Berhubung mata sudah ngatuk, ruangan sudah mulai dingin, air minum mineral juga sudah habis, tepatnya pukul 02.00 dinihari waktu Madinah, permisi undur diri dulu ya…sampai ketemu hari berikutnya, bersambung….