Madinah, 06 Agustus 2017
Pasien yang di rujuk di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) dilakukan dalam rangka penanganan kesehatan komprehenship. Mereka umumnya berpenyakit saluran pernafasan (paru), jantung dan komplikasi hipertensi dan diabet, ada juga yang bermasalah dengan kulit, karena alergi kulit yang berat.
Saat ini masih ada 21 pasien yang sedang di rawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) rujukan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah dan kloter. Mereka tersebar di rumah sakit King Fahad, Uhud, Al Ansar dan Mouwasat.
Demikian penjelasan dr. Wahyuni, Sp.KK salah satu anggota tim visitasi pasien di RSAS, 06 Agustus 2017, di Madinah.
“Secara umum, pasien mengalami perbaikan, hanya ada pasien yang perlu penanganan dengan waktu yang lebih lama, sesuai dengan beratnya penyakit yang dialami”, kata dr. Wahyuni.
Memang ada beberapa kendala, diantaranya kendala bahasa, makanan dan psikologis bagi pasien. Untuk bahasa mereka tidak bisa berkomunikasi dengan tim medis RSAS, kendala makanan, pasien tidak terbiasa dengan menu makanan yang disipakan rumah sakit, misalnya roti, bersama saos, yang kurang familiar dengan lidah khas Indonesia.
Ketika pasien ditanya oleh petugas kesehatan, mau dibawakan apa, mereka jawab ingin makanan Indonesia, terutama nasi.
“Saya pingin makanan Indonesia, terutama nasi. Setelah disuapi oleh petugas, satu porsi habis”, kata dr. Wahyuni.
Kemudian kendala psikologis, pasien merasa cemas, takut, sepi dan mudah stres, karena pasien tidak ada pendamping keluarga.
Untuk meminimalisir kendala pada pasien, maka KKHI melakukan visitasi ke seluruh RSAS yang terdapat pasien jemaah haji Indonesia. Tim visitasi terdiri dari dokter, perawat dan tim pendukung kesehatan (TPK).
Tim visitasi datang untuk mengetahui secara pasti berapa jumlah pasien yang terdapat di rumah sakit tersebut. Terpenting untuk mengetahui kondisi kesehatan atau perbaikan klinis dari masing masing pasien.
Selain itu, juga untuk memberi dukungan psikologis, mental spiritual kepada pasien. Sehingga pasien merasa lebih tenang, karena mendapat perhatian dari petugas kesehatan Indonesia. Dan ini dapat membantu proses penyembuhan.
“Mereka mendapat dukungan mental, diingatkan tetap sabar, banyak dzikir, membujuk minum obat secara teratur, membujuk untuk makan dan memotivasi tetap menjalankan ibadah shalat 5 waktu, walau dengan bertayamum”, kata Wahyuni.
Kasubsie KKHI, dr. Ika Nurfarida Sholeh, Sp.KJ, menambahkan bahwa ujian kita dalam ibadah haji, selain untuk melengkapi ritual ibadah pribadi, juga diuji untuk melengkapi kualitas kepedulian terhadap sesama jemaah haji.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH