Waktu untuk mencapai sasaran-sasaran Millennium Development Goals (MDG) tinggal tiga tahun lagi. Dari delapan goals yang ditetapkan, lima goals yaitu MDG 1, 4, 5, 6 dan 7 terkait erat dengan kesehatan.
Demikian kata Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH (27/1) pada saat memberikan presentasi di acara Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin yang ke 56, di Universitas Hasanudin Makassar. Tema Dies Natalis FK UNHAS tahun ini, ialah ‘Meningkatkan Profesionalisme dan Etika Profesi Alumni Menyongsong Millennium Development Goals 2015.
Menkes menyatakan, MDG merupakan hasil kesepakatan lebih dari 180 Kepala Negara dan Pemerintah Anggota PBB tahun 2000. Kesepakatan untuk mencapai MDG bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Untuk Indonesia, sasaran MDG tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
“Untuk mencapai sasaran-sasaran MDG perlu kerja keras dan kerja cerdas, meninggalkan cara kerja yang business as usual. Harus ada inovasi dan terobosan serta fokus pada kegiatan prioritas. Implementasi kebijakan ini hanya mungkin terjadi bila didukung seluruh jajaran lintas sektor, pemerintah daerah, seluruh masyarakat, dan stakeholders lainnya,” kata Menkes.
Menkes meminta kepada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan alumninya – baik dokter umum, dokter spesialis, birokrat, dosen maupun pengusaha swasta yang tersebar di Sulawesi Selatan, di wilayah Indonesia Timur dan di wilayah Indonesia lainnya agar berkontribusi pada upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Selain mahasiswa, turut hadir pada dies natalis ini Rektor Univ. Hasanudin, Kadinkes Sulut dan Dirut RS Wahdin Suhirohusodo, Guru Besar, Para Dekan dan Ketua Organisasi Profesi Bidang Kesehatan.
Menkes menyampaikan, walaupun target MDG-1 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita dalam posisi on track, namun beberapa provinsi masih menunjukkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas angka nasional. Di samping itu ada masalah stunting prevalensinya mencapai 35,8%.
“Lakukan intervensi 1000 Hari Periode Emas, yaitu Pemberian MP-ASI pada anak gizi kurang dari keluarga miskin; Tatalaksana pada semua balita yang mengalami gizi buruk; dan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui Gerakan Nasional Sadar Gizi,” jelas Menkes terkait upaya mencapai target MDG-1.
Strategi terkait MDG-4 untuk menurunkan angka kematian balita 2/3 dari kondisi tahun 1990 dalam posisi on track. “Angka kematian bayi dan balita terus menurun” jelas Menkes.
Menkes menerangkan bahwa harus disadari adanya disparitas angka kematian anak baik antar Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pada anak yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki sosio-ekonomi yang rendah serta mereka yang tinggal di pedesaan. Kesenjangan ini terkait dengan; kemudahan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas; keterbukaan daerah terhadap pembangunan ekonomi; ketersediaan sumber daya, serta; kebijakan masing-masing daerah.
“Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka kematian neonatal cenderung stagnan. Faktor infeksi dan masalah gizi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Riskesdas 2007 menunjukkan, penyebab kematian balita sebesar 36% adalah masalah neonatal (Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah dan Infeksi), 17,2% karena Diare dan 13,2% oleh Pneumonia”, kata Menkes.
Terkait MDG’S-5 yaitu Menurunkan Angka Kematian Ibu, Menkes mengakui masih diperlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Hasil Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan analisis regresi linier data SDKI tahun 1994-2007, proyeksi AKI tahun 2015 adalah 161 per 100.000 kelahiran hidup. Diperlukan berbagai terobosan dan dukungan semua pihak, tambah Menkes.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan melakukan langkah-langkah yaitu Meningkatkan pengetahuan dan peran aktif keluarga dan masyarakat melalui penerapan Buku KIA; Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K); Program rumah tunggu; Program kemitraan bidan dan dukun; Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan dan persalinan di fasilitas kesehatan, serta Mengatasi masalah emergensi melalui Puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK.
“Sejak tahun 2011 diluncurkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (neonatal). Program ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang tidak memiliki jaminan persalinan” jelas Menkes.
Terkait MDG-6 untuk HIV-AIDS, TB dan Malaria masih dalam posisi off track. Kemenkes masih menghadapi kendala khususnya Pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus HIV-AIDS; Penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi; Peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Dalam kata lain, pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS masih rendah.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai target MDG 6 adalah Peningkatan sosialisasi; Peningkatan akses pengobatan HIV-AIDS; Implementasi program, PMTCT; Pengurangan dampak buruk pada penyalahguna NAPZA suntik atau Penasun, terang Menkes.
Sementara terkait Pengendalian Malaria, dalam posisi on track karena angka kejadian malaria per 1000 penduduk menunjukkan kecenderungan menurun. Sedangkan untuk Pengendalian TB, sasaran menurunkan kasus baru tuberkulosis justru sudah tercapai.
Terkait target MDG-7 yaitu Akses Air Bersih Pada Rumah Tangga, Menkes menyatakan masih dalam posisi off track. Pencapaian MDG-7 ini sangat penting bagi kesehatan masyarakat, karena kualitas air dan sanitasi merupakan faktor risiko berbagai penyakit menular.
Dihadapan undangan dies natalis, Menkes menyampaikan apresiasi atas peran FK UNHAS dalam Pembentukan Konsorsium Perguruan Tinggi terkait Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
“Ini merupakan bentuk konkrit untuk meningkatkan peran Perguruan Tinggi sebagai mitra pemerintah dalam identifikasi masalah,formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksimili 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567 dan 081281562620, atau alamat e-mail info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id.