Jakarta, 29 Desember 2017
Beberapa bulan sebelumnya, masyarakat mungkin belum mengenal apa itu penyakit Difteri. Pemerintah menyadari bahwa meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penyakit tersebut, menimbulkan kekhawatiran berlebihan akan penularan.
Terlebih menjelang malam pergantian tahun, masyarakat saat ini tengah ragu untuk membeli terompet tahun baru, karena berkembang isu bahwa Difteri akan menyebar melalui tiupan terompet tahun baru atau penggunaan alat makan bersama.
Kementerian Kesehatan menggarisbawahi bahwa pada dasarnya seseorang yang telah diimunisasi secara lengkap artinya memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), salah satunya Difteri.
“Yang penting itu (riwayat) imunisasinya. Imunisasi itu bisa mencegah difteri. Kalau sudah imunisasi kan sudah kebal”, tutur Direktur Surveilans dan Kerantina Kesehatan Kemenkes RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc., saat dihubungi media melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat siang (29/12).
Dijelaskan oleh dr. Jane, bahwa masyarakat tidak diperbolehkan untuk bergantian menggunakan peralatan makan dengan penderita Difteri. Begitu pula dengan penggunaan terompet tahun baru, Kemenkes menyarankan agar satu terompet diperuntukkan hanya untuk satu orang, tidak untuk ditiup secara bergantian.
“Menularnya paling kalau digunakan berpindah (bergantian). Ya, itu bisa, karena ludah kita menempel di mulut terompet. Penderita (Difteri) kan tidak boleh tukar menukar peralatan makan, sama saja kan salah satu penyebarannya bisa lewat air liur”, terang dr. Jane.
Ditambahkan oleh dr. Jane, namun perlu penelitian untuk dapat membuktikan apakah benar bahwa kuman Difteri bisa menular dengan cepat dari semburan ujung terompet. Karena menurutnya, Difteri merupakan penyakit yang mudah menular dengan atau tanpa media terompet sekalipun.
“Penyebaran kuman penyebab Difteri ini sangat mudah, bisa melalui bicara atau bersin (yang tidak ditutup, bisa sejauh 7 meter. Tidak perlu bantuan terompet”, tandas dr. Jane.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH