Oleh: Aji Muhawarman
Agats, ibukota Kabupaten Asmat adalah kota yang unik. Kota ini punya julukan kota papan. Saya lebih memilih menyebutnya kota melayang.
Di Agats tidak akan dijumpai bangunan apapun yang berdiri langsung di atas tanah, semuanya ditopang oleh beton atau kayu besi. Kecuali genting yang berbahan seng, mayoritas bangunan berbahan dasar papan kayu. Rumah, perkantoran Pemda, rumah sakit, bahkan lapangan bola pun dari papan.
Jika diukur, bisa jadi Agats adalah kota dengan jembatan terpanjang di dunia karena setiap sudut kota terhubung oleh jalan yang melayang di atas tanah.
Nah bagi anda yang akan berkunjung atau bertugas ke Kota Agats, ada beberapa hal yang mesti anda perhatikan sebagai berikut:
1. Persiapkan fisik yang prima.
Untuk mencapai Agats, dari Jakarta anda akan transit di beberapa kota seperti Makassar dan Timika. Dari Timika akan dilanjutkan lagi dengan pesawat kecil menuju Ewer, Asmat. Kemudian berlanjut dengan transportasi air menggunakan speedboat. Total waktu perjalanan sekitar 14-15 jam (termasuk perbedaan waktu 2 jam). Perjalanan sejauh ini tentu membutuhkan kondisi fisik yang prima.
Cuaca di kota ini juga sangat panas, menguras keringat. Selain itu, di kota ini juga tidak ada mobil dan kendaraan umum, sehingga untuk menuju tempat tertentu harus berjalan kaki, menggunakan ojek, atau menyewa motor. Jadi, pastikan tubuh anda dalam keadaan sehat dan fit sebelum berangkat.
2. Siapkan uang tunai yang cukup.
Di kota ini tidak tersedia banyak bank layaknya di Jakarta. Tercatat hanya ada 2 bank yang beroperasi yakni Bank BRI dan Bank Papua. Begitu juga dengan mesin ATM yang letaknya berjauhan. Sehingga untuk keperluan sehari-hari atau transaksi keuangan seperti membeli makanan dan minuman, membayar ojek, dll diperlukan uang cash. Harga-harga di sini jelas berbeda dengan di pulau jawa. Untuk sekali makan dan minum, sekurangnya anda harus merogoh kocek sebanyak 20-30 ribu rupiah. Nilai yang sama berlaku untuk ongkos naik ojek sekali jalan. Berapa banyaknya uang yang anda perlukan, silakan dihitung saja.
3. Istirahat nyaman di hotel tak berbintang.
Jangan bandingkan dengan kota-kota besar lainnya, untuk tinggal sementara hanya ada beberapa hotel kelas melati atau mungkin lebih tepat disebut losmen. Meski begitu, cukup layak untuk ditempati. Ada yang hanya menyediakan tempat tidur, kamar mandi dan kipas angin, tapi ada juga yang menyediakan fasilitas kamar ber-AC dan TV. Harga per kamarnya juga terjangkau. Oiya karena sumber air sulit, tak semua hotel ketersediaan airnya baik. So, pandai-pandailah mencarinya.
4. Ojek jadi sarana transportasi andalan.
Di sana anda tidak akan menjumpai mobil, apalagi truk atau bis. Kendaraan utama masyarakat setempat adalah sepeda atau motor listrik. Kabarnya Pemda setempat melarang penggunaan kendaraan motor bensin, kecuali bagi aparat kepolisian atau instansi tertentu seperti rumah sakit. Itu pun keduanya tidak memanfaatkan pengecualian tersebut, tetap menggunakan motor bertenaga aki dan dinamo saja. Positifnya, nyaris tidak ada polusi suara dan udara. Tapi bagi para pendatang, ini tentu menyulitkan ruang gerak.
5. Pilihan makanan lengkap.
Jangan terlalu khawatir anda akan kesulitan mendapatkan makanan yang cocok dengan selera. Beragam jenis makanan tersedia. Mulai dari bakso, mie ayam, nasi kuning, masakan jawa, makanan padang bahkan coto makasar juga ada. Rasanya? Yaa lumayan lah. Rata-rata penjualnya bukan penduduk asli, tapi para perantau yang mencoba mengadu nasib di sana. Soal harga, sudah pasti lebih mahal, tapi masih dalam batas wajar.
6. Bawa perlengkapan yang tepat.
Suhu udara yang tinggi, sulit air dan endemik malaria menjadi tantangan tersendiri. Oleh karenanya, pendatang harus menyiapkan perlengkapan yang cukup. Baju lengan panjang berbahan katun, topi, sunglasses, tabir surya dan lotion anti nyamuk adalah beberapa barang pribadi yang jangan sampai anda abaikan. Apalagi jika berencana untuk pergi ke distrik/kampung di pedalaman, harus lebih banyak lagi perlengkapannya.
7. Perhatikan kondisi kesehatan.
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Bagi yang tak biasa, keadaan di sana kurang bersahabat. Untuk itu konsumsi makanan bergizi dan istirahat cukup mesti diterapkan. Bawalah obat-obatan pribadi dan vitamin untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Guna menghindari dehidrasi, sebaiknya selalu membawa minuman kemana pun anda pergi. Jangan menunggu haus, perbanyaklah konsumsi air putih. Sedangkan untuk mencegah terjangkit malaria, dianjurkan untuk minum obat anti malaria setiap hari. Bila perlu diteruskan meminumnya selama beberapa hari setelah kembali lagi ke daerah asal.
8. Sabar, akses komunikasi terbatas.
Zaman now, faktor ini barangkali akan menjadi pertimbangan utama. Dari 3 operator telekomunikasi telepon seluler, hanya Telkomsel yang bisa tersambung relatif baik. Kualitas dan stabilitas koneksi bisa tergantung dari lokasi dan waktu. Untuk komunikasi data, lebih sulit lagi. Indikator 4G di ponsel anda bukan jaminan dapat berselancar di dunia maya atau berkirim pesan dengan lancar. Untuk hal ini, anda harus lebih banyak bersabar. Sabar itu berat. Jangan diserahkan ke Dilan, kasihan.
Ada alternatif lain untuk mengatasi kendala ini. Sejumlah toko menyediakan fasilitas wifi. Bedanya, di sana tidak gratis. Anda harus membeli voucher dengan paket tertentu. Kalau mau yang gratisan, anda bisa menumpang wifi gratis yang tersedia di beberapa titik seperti sekolah dan pelabuhan. Tetapi sekali lagi, kelancaran koneksi tetap tidak dijamin.
9. Berhematlah, air mengandalkan hujan.
Tak hanya di Agats, di Asmat pada umumnya, air bersih jadi barang mahal di sana. Sumber utama air bagi rumah tangga adalah air hujan atau sungai. Setiap bangunan kebanyakan sudah dilengkapi dengan torent (istilah warga setempat: fiber) sebagai tempat penampungan air. Air ini digunakan untuk bermacam keperluan seperti mandi, cuci dan minum. Di musim penghujan, air cukup berlimpah, sebaliknya di musim kemarau, air menjadi langka. Jadi kalau tidak terpaksa sekali, berkunjung di musim kemarau bukan lah waktu yang tepat. Berhemat adalah tindakan yang wajib dilakukan.
10. Jaga diri, jaga sikap.
Terakhir tapi tidak kalah pentingnya. Masyarakat Agats umumnya relatif ramah dengan orang baru. Mereka terbiasa menyapa atau memberi salam ketika berpapasan. Namun, sebagai tamu ada baiknya anda selalu waspada dengan lingkungan sekitar, tidak berpenampilan mencolok dan jaga sikap. Bila ingin bepergian, usahakan tidak di malam hari dan sebisa mungkin tidak seorang diri. Semua demi keamanan anda sendiri.