Jakarta, 22 Februari 2018
Perokok remaja ditengarai berpotensi menjadi pemicu sejumlah problem sosial, seperti putus sekolah, kenakalan remaja hingga perilaku seks tidak sehat. Pesan dari orangtua kepada para remaja diyakini efektif menurunkan risiko kerugian dari problem sosial tersebut.
“Menurut Badan Narkotika Nasional, ada tiga masalah besar yang mengancam masa depan remaja Indonesia, yaitu perilaku merokok, minum alkohol, dan penggunaan narkotika serta obat-obatan terlarang,” jelas Lucky Herawati dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Kesehatan Masyarakat Poltekkes Yogyakarta, awal Februari 2018 lalu.
Temuan tersebut kemudian mendasari Tenaga Ahli Program Penanggulangan Kemiskinan D.I. Yogyakarta ini lebih menyelami keterkaitan rokok dengan perilaku remaja serta problem sosial bangsa Indonesia. Pada tahun 2016, ia menemukan bahwa kaum remaja laki-laki yang masih di bangku kelas VIII SMP di tiga provinsi menjadi perokok berawal dari coba-coba.
Secara rinci, Prof. Lucky menyebutkan, prosentase perokok ‘amatir’ ini mencapai 55,71% di area Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Denpasar (Bali) serta Bantul dan Gunung Kidul (DIY). Jumlah respondennya mencapai 649 anak.
Hasil tersebut ternyata masih relevan dengan survei The Asian Tobacco Control Atlas tahun 2014 bahwa usia orang mulai merokok di Indonesia makin tahun main muda. Awalnya pengalaman merokok dirasakan pertama kali oleh golongan usia 15-19 tahun. Lalu, bergeser menjadi usia 10-14 tahun atau masuk usia pelajar SD dan SMP.
“Perilaku merokok remaja dan anak-anak ini terkait banyak faktor, antara lain penggunaan dan penerimaan rokok pada saudara di lingkungannya dan rendahnya keterampilam menolak pengaruh sosial untuk merokok,” ungkap Lucky lagi.
Keterampilan menolak tersebut, ditegaskan oleh dosen Universitas Negeri Yogyakarta ini, sangat penting untuk dikembangkan supaya rantai potensi problem sosial terputus. Apalagi, tawaran merokok tadi selalu bersamaan dengan tawaran mencicipi alkohol dan narkoba.
Di sisi lain, penyebab remaja berani mengisap rokok untuk pertama kali akibat rendahnya keterampilan untuk menolak tadi turut dipengaruhi faktor internal keluarga. Lantaran responden menyatakan bahwa ada orangtua yang merokok di rumah, yaitu ayah, ibu, atau anggota keluarga lainnya.
“Kita memerlukan kebijakan untuk pemberdayaan orangtua sebagai penyampai pesan kesehatan kepada anak remajanya atau parent educator,” tegas Lucky.
Ia mengusulkan mekanisme kerja model parent educator diawali dengan pembekalan tentang pengetahuan kesehatan bagi orangtua. Kemudian, orangtua harus mampu menyampaikannya kepada sang anak dalam bentuk pesan yang edukatif, barulah anak diharapkan berubah perilakunya menjadi sadar untuk hidup sehat.
“Intervensi kepada orang tua yang merokok dapat meningkatkan kepedulian mereka sebesar 18,07%. Kemudian, pesan dari orangtua kepada para remaja terkait rokok dan alkohol masih bisa diterima dibandingkan isu tentang belajar, beribadah, memilih teman, musik, dan berpakaian,” kata Lucky menguraikan hasil temuannya.
Hasil penelitian Lucky tersebut dinilai selaras dengan upaya promotif dan preventif Kemenkes RI melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). “Dukungan pemerintah dalam menekan perilaku merokok dan minum alkohol di tengah masyarakat termasuk para remaja sangat serius. Hal ini ditunjukkan melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2017 tentang GERMAS,” ujar Menkes RI Prof. dr. Nila Moeloek , Sp.M(K).
Kampanye nasional yang telah dilakukan melalui GERMAS, yaitu melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, menjaga kebersihan lingkungan, memeriksakan kesehatan secara berkala,serta tidak merokok dan mengonsumsi alkohol. Khusus perilaku merokok, menurut Menkes, menjadi penyebab kematian penduduk usia muda akibat penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan diabetes.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (wul)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Oscar Primadi