Jakarta, 4 Juli 2018
Tidak semua orang yang gemar memainkan permainan berbasis internet (online gaming) akan mengalami kecanduan/ketergantungan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan terjadinya kecanduan, meliputi faktor biologi, psikologi dan sosial.
Demikian pernyataan praktisi kesehatan jiwa, dr. Kristiana Siste, SpKJ(K) kepada Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI saat ditemui di Dept. Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat ditemui Selasa petang (3/7).
Pada orang yang gemar bermain game, neurotransmitter dopamine akan meningkat saat ia bermain, sehingga menimbulkan rasa senang (pleasure effect). Manusia dilahirkan dengan dopamine yang rendah, akan selalu mencari cara, benda atau kegiatan yang bisa meningkatkan dopaminenya. Maka dari segi biologi, seseorang yang memiliki gangguan neurotransmitter dopamine, akan lebih rentan mengalami kecanduan.
Dalam permainan berbasis online seringkali disuguhkan konten-konten yang memacu adrenalin pemainnya. Selain itu, terdapat tantangan yang senantiasa bertambah di setiap level permainan. Hal ini tentu menjadi daya tarik sekaligus merupakan risiko bagi orang-orang yang pada dasarnya secara psikologi senang mencari tantangan (novelty seeking).
Sementara itu, dari sisi sosial, salah satunya pola pengasuhan orang tua yang memberikan game pada anaknya sejak usia dini sehingga membentuk pola pikir bahwa bila game adalah tempat mencari kesenangan, sehingga akhirnya mereka ketergantungan.
“Bukan hanya faktor pribadi tetapi ada faktor biologi, psikologi dan sosial yang mempengaruhinya”, tandas dr. Siste.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM