Jakarta, 27 Juli 2018
Penyakit Hepatitis menjadi masalah kesehatan dunia yang serius, termasuk di Indonesia, bahkan keberadaannya bagi penderita bisa membunuh secara diam-diam. Pemerintah telah berupaya melakukan pengendalian hepatitis sejak 2016 hingga Juni tahun ini.
Hepatitis merupakan peradangan hati yang diakibatkan di antaranya oleh virus Hepatitis, perlemakan di hati, parasit, alkohol, dan obat-obatan. Kasus hepatitis yang paling banyak adalah disebabkan oleh virus.
Hepatitis ditularkan melalui keturunan (ibu hamil ke bayi dalam kandungannya), kotoran, mulut, dan kontak cairan tubuh. Namun yang paling rentan penularannya adalah ibu hamil yang mengidap hepatitis akan menular ke bayi yang dikandungnya.
Banyak di antara kita mengetahui dirinya mengidap hepatitis setelah berada pada tahap lanjut atau kronis bahkan sudah terjadi sirosis dan kanker hati.
Penyakit hepatitis adalah penyakit kronis, sebagai silent killer. Penyakit ini berpotensi menimbulkan dampak morbiditas dan mortalitas serta memerlukan perhatian dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun masyarakat.
Pengendalian Hepatitis yang disebabkan oleh virus berdampak sangat serius terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dahulu Indonesia adalah negara endemis tinggi Hepatitis, pada tahun 1997 pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dengan melakukan imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir secara nasional.
Selain itu, Indonesia sudah melakukan upaya pengendalian Hepatitis B sejak tahun 2014. Pada Tahun itu dilakukan pilot project Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada ibu hamil di Provinsi DKI Jakarta dan Tahun 2015 DDHB dilaksanakan pada beberapa provinsi lainnya.
Tahun 2016 DDHB sudah dilaksanakan secara nasional. Kegiatan DDHB meliputi pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui status Hepatitis B, apabila hasil pemeriksaan ibu hamil tersebut reaktif maka dilakukan pemantauan sampai bersalin.
Anak yang lahir dari ibu hamil yang status Hepatitis B reaktif diberikan HB0 (dosis lahir) dan HBIG sebelum 24 jam. Melaksanakan DDHB berarti telah melakukan upaya deteksi dini untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa di masa depan.
Pada 2016 hingga Juni 2018 pemerintah telah melakukan beberapa capaian di antaranya sosialisasi faktor risiko penyakit hepatitis di 34 propinsi, melakukan imunisasi rutin Hepatis B pada bayi di 34 propinsi dengan capaian lebih dari 93,5%, DDHB dilakukan di 34 provinsi dan 244 kabupaten/kota, serta telah dilakukan DDHB sebanyak 742.767 ibu hamil dan berhasil memproteksi 7.268 bayi terhadap ancaman penularan vertikal dari ibunya.
Hari Hepatitis Sedunia (HHS) yang diperingati setiap tanggal 28 Juli tiap tahunnya perlu menjadi momen untuk terus meningkatkan kepedulian dan pengetahuan berbagai pihak terhadap masalah virus hepatitis di Indonesia.
Pemerintah berharap upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang bahaya hepatitis dilakukan tidak hanya pada saat peringatan hari hepatitis saja tetapi dilakukan terus-menerus dalam setiap kegiatan di masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran yang tinggi tentang bahaya hepatitis dan faktor risikonya antara lain penggunaan jarum suntik dan produk darah yang tidak steril, dapat menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia dari bahaya hepatitis.
Kita bisa mendukung dan mengurangi beban individu, keluarga, masyarakat, pemerintah akan kerugian yang kita terima apabila masyarakat kita banyak menderita hepatitis.
Tema peringatan hari hepatitis sedunia tahun 2018 adalah “Deteksi Dini Hepatitis Selamatkan Generasi Penerus Bangsa”
Rangkaian peringatan HHS diisi dengan berbagai kegiatan, seperti temu blogger, temu media, dialog interaktif, media KIE, pameran kesehatan. Kegiatan di temu media hari ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan HHS dan puncak acara akan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2018 di Rusunawa Rawabebek Pulogebang Jakarta Timur.
Acara yang diselenggarakan berupa senam bersama, dialog interaktif, deteksi dini hepatitis B, pameran kesehatan, penyebarluasan media KIE (leaflet, brosur, buku saku), panggung hiburan rakyat serta door prize dengan melibatkan 2000 peserta.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM