Jakarta, 15 Agustus 2018
Ketua Sentra Laktasi Indonesia dr. Wiyarni Pambudi mengatakan proses menyusui memerlukan koordinasi sekaligus melatih otot-otot bayi untuk menghisap. Karena itu penggunaan botol dot dalam pemberian ASI tidak disarankan, terutama saat pemberian ASI eksklusif 6 bulan.
Pemberian ASI melalui botol dot, menurut Wiyarni biasanya dilakukan akibat kondisi medis pada bayi yang lahir prematur. Karena bayi tersebut memerlukan perangsang untuk refleks hisapnya. Hal tersebut merupakan keputusan medis dan diperbolehkan.
Agar bayi tetap mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, ibu pun harus memerah air susunya dan dimasukkan dalam botol dot. Namun ternyata, pemberian ASI perah kepada bayi ini tidak disarankan untuk menggunakan botol dot.
“Yang sangat ditentang adalah pemberian botol dot pada bayi sehat,” jelas Wiyarni pada Temu Media dalam rangka Pekan Asi Sedunia 2018 di Ruang Naranta Gedung Kementerian Kesehatan, Rabu (15/8).
Akibat yang akan timbul jika menyusui menggunakan botol dot di antaranya bayi akan lebih tertarik untuk menyusui melalui botol dot dibandingkan melalui payudara ibu. Hal itu terjadi karena menyusui melalui botol dot lebih mudah dilakukan bayi.
ASI adalah konsumsi terbaik untuk bayi. Umumnya ASI eksklusif diberikan pada bayi hingga berumur enam bulan. Pemberian ASI pada bayi sangat dianjurkan, karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Selain karena kondisi medis, alasan lain yang menyebabkan ibu memberikan ASI menggunakan botol dot adalah karena ibu bekerja di luar rumah. Sehinggan ibu tak selalu bisa menyusui langsung dari payudaranya.
Wiyarni menambahkan permasalahan utama yang terjadi adalah ibu bekerja masih banyak yang tidak mengetahui adanya teknik ASI perah tanpa menggunakan botol dot. Pemberian ASI perah sebaiknya menggunakan sendok, gelas, maupun pipet.
Selain itu, meski sibuk bekerja, selalu sempatkan diri untuk menyusui bayi secara langsung, misalnya sebelum berangkat ke kantor atau sepulang kerja.
Wiyarni menyarankan agar mendapatkan informasi yang tepat untuk bayi, ibu dapat mengikuti kelas hamil sebelum melahirkan bayi dan membaca Buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA).
“Demikian lengkap informasi di dalam buku KIA, oleh sebab itu baca dan pahami,” Wiyarni menambahkan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(tsh/D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM