Jakarta, 15 Agustus 2018
Pemberian makanan bayi dan anak harus benar-benar diperhatikan karena penting untuk membangun kesehatan di sebuah negara. Karena itu perlu strategi khusus dalam memberikan makanan kepada bayi dan anak.
Situasi gizi di Indonesia berdasarkan Pemantauan Status Gizi 2017, gizi kurang sebesar 17,8%, stunting 29,6%, dan kurus 9,5%. Strategi khusus itu diperlukan untuk terus menekan angka-angka tersebut.
Strategi yang perlu dilakukan itu mencakup pemberian ASI yang optimal, pola asuh, dan implementasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Pemberian ASI yang optimal dilakukan dengan mengikuti standar EMAS, yakni Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, ASI Eksklusif selama enam bulan pertama, dan Melanjutkan menyusui sampai usia dua tahun atau lebih, disertai MPASI.
Direktur Gizi Masyarakat Ir. Doddy Izwardi MA mengatakan standar EMAS ini merupakan penting dalam pembangunan kesehatan.
“Standar EMAS ini yang sebenarnya bagaimana berjuang dari awal kehidupan ini sangat penting dalam pembangunan kesehatan,” kata Doddy saat temu media Pekan Asi Sedunia di Jakarta, Rabu (15/8).
Pemberian ASI yang optimal tersebut dapat menurunan AKI & AKB, perbaikan gizi khususnya stunting, pengendalian penyakit menular (HIV/AIDS, Tuberkulosis & Malaria), dan pengendalian penyakit tidak menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas & Kanker).
Pemberian ASI yang optimal itu merupakan pola pemberian asuh gizi yang baik. Pola asuh gizi itu dilakukan dengan cara memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Untuk bayi baru lahir misalnya, diberikan inisiasi menyusu dini. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian ASI saja tanpa diberi makanan atau minuman tambahan apapun termasuk air putih (kecuali vitamin dan obat).
Ketika anak sudah berusia 6 bulan sampai 2 tahun, anak tetap diberikan ASI ditambah makanan pendamping ASI. Untuk memastikan bahwa pola asuh gizi yang diberikan sudah benar, maka perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan.
Langkah selanjutnya perlu implementasi 10 LMKM, yang mencakup:
1. Berikan KIE tentang keuntungan dan Manajemen Menyusui kepada ibu dan keluarga, dimulai dari saat Pemeriksaan Antenatal.
2. Fasilitasi ibu untuk melakukan kontak kulit ke kulit dan Inisiasi Menyusu Dini dengan bayinya, segera setelah lahir. Hal ini harus dilakukan dalam 1 jam pertama bayi lahir.
3. Berikan dukungan kepada ibu untuk melakukan inisiasi, mempertahankan dan mengatasi masalah dalam menyusui bayinya.
4. Tidak memberikan cairan atau asupan selain ASI pada bayi yang disusui, kecuali atas indikasi medis.
5. Lakukan rawat gabung ibu dengan bayinya (rooming in)
6. Sebagai bagian dari perlindungan, promosi dan dukungan terhadap Praktik Menyusui, ibu dan bayi yang keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan harus mendapatkan informasi tentang rencana pelayanan kesehatan selanjutnya untuk memastikan agar ibu dan bayinya mengerti dan mengakses pelayanan kesehatan yang tepat.
Prosedur Manajemen Kritis:
7. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani persalinan dan bayi baru lahir, harus memiliki kebijakan tertulis tentang Menyusui dan kebijakan tersebut harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan dan orang tua bayi.
8. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani persalinan dan bayi baru lahir, harus memahami dan mematuhi Kode Pemasaran PASI.
9. Tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan KIE pemberian makan bagi bayi dan anak, termasuk menyusui, harus memiliki pengetahuan, kompetensi serta keterampilan yang memadai untuk memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui bayinya.
10. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani persalinan dan bayi baru lahir harus melakukan monitoring yang berkesinambungan terhadap kepatuhan terhadap standar praktik klinis yang berlaku. Adapun hasil monitoring tersebut dapat ditunjukan dalam bentuk laporan tertulis.
Pekan ASI Sedunia
Aliansi Dunia untuk Aksi Menyusui atau The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) Setiap tahunnya berkoordinasi dan mengorganisir Pekan ASI Sedunia pada tanggal 1-7 Agustus, walaupun terdapat beberapa negara yang memilih untuk merayakannya pada bulan Oktober. Jutaan penduduk yang berasal lebih dari 175 negara merayakan Pekan ASI Sedunia.
Pemberian ASI yang optimal membantu mencegah segala bentuk kekurangan gizi dengan efek positif seumur hidup pada ibu dan anak. Melindungi dan mendukung menyusui sangat penting untuk kesehatan anak bangsa.
Pekan ASI tahun ini diisi dengan kegiatan lomba Ibu menyusui dengan ASI eksklusif yang diikuti oleh karyawati dilingkungan kantor pusat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan antar kementerian dan lembaga lain. Selain itu juga diisi dengan talkshow di media elektronik (TV, Radio), serta kampanye dengan melibatkan komunitas ASI seperti Sentral Laktasi Indonesia (SELASI), dan Ayah ASI.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM