Nusa Dua Bali, 13 September 2018
Remaja memiliki kemampuan untuk bisa mengambil keputusan yang baik bagi dirinya, untuk berperan dalam perubahan terutama untuk mendukung keberhasilan upaya pengendalian rokok di negaranya.
Semangat ini ditunjukkan oleh lebih kurang 50 remaja perwakilan dari berbagai negara kawasan Asia Pasifik melalui sebuah slogan “Choose Youth Not Tobacco” yang dituliskan dalam berbagai bahasa, dan disuarakan lantang pada pembukaan The 12th Asia Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT12th) di Nusa Dua, Bali (13/9).
Mereka mengajak para remaja agar mampu berdaya untuk tidak mencoba (rokok) atau memulai sebuah perilaku yang dikhawatirkan dapat menjadi kebiasaan yang akan merugikan kesehatan baik diri, keluarga, maupun lingkungan di sekitar mereka.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Farid Moeloek, memberikan apresiasi kepada generasi muda yang mampu menghindarkan diri mereka dari bahaya rokok, bahkan menyuarakan pencegahan dan pengendalian bahaya akibat konsumsi rokok.
Hal ini bukan tanpa alasan, Menkes Nila mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok ketiga terbanyak di dunia, setelah Rusia dan China. Angka perokok di kelompok remaja usia 15-19 tahun meningkat dua kali lipat, dari 12,7% (2001) menjadi 23,1% (2013). Sementara itu, data survei indikator kesehatan nasional (Sirkesnas, 2016) menunjukkan bahwa 54,8% remaja laki-laki berusia antara 15-25 tahun menjadi perokok.
“Kami fokus pada anak-anak muda. Dari sisi kesehatan, tugas kami adalah bagaimana bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kalau sejak anak-anak merokok, padahal kita akan menghadapi bonus demografi. Apakah kita akan bisa mencapainya? Ini yang kita khawatirkan,” tutur Menkes Nila Moeloek saat ditemui usai acara pembukaan.
Selaras dengan kekhawatiran Menkes Nila, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Susana Yembise, dalam paparannya menyatakan bahwa anak-anak/remaja yang mulai merokok (perokok pemula) merupakan unsur penting bagi industri rokok, karena bila tidak ada perokok pemula, maka akan mengancam kelangsungan hidup industri tersebut. Ditambahkan pula bahwa bukan hanya anak-anak dan remaja yang harus dilindungi haknya, karena perempuan hamil yang terpapar asap rokok (apalagi merokok saat hamil) juga dapat mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya.
“Masa depan kita ada di tangan anak-anak kita, maka kita harus melindungi dan menyelamatkan mereka. Kita harus menjamin hak-hak mereka terpenuhi,” tandas Menteri PP dan PA, Yohana.
Dalam sebuah panel diskusi, koordinator Young Health Programme Yayasan Lentera Anak, Margianta Surahman Juhanda Dinata, menyatakan bahwa generasi muda memiliki kemampuan untuk membuat gerakan masif, kreatif dan aktif di media sosial, serta seringkali lebih bersifat volunteerism dan tidak dipengaruhi politik.
Untuk itu, menurutnya kepercayaan dari para pemimpin negara untuk mau mendengar dan melibatkan generasi muda dalam upaya perubahan sangat dibutuhkan, guna mewujudkan apa yang dicita-citakan, yakni generasi muda yang sehat dan bebas dari asap rokok.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (myg)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM