Manado, 4 Oktober 2018
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengirim bantuan ke Kota Palu pascagempa dan tsunami yang melanda daerah tersebut. Berbagai lapisan masyarakat di Sulut pun bersama-sama mengulurkan tenaganya bagi warga Sulteng.
“Gubernur Sulut langsung menginstruksikan pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk bergerak memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan,” terang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulut dr. Steven Dandel, MPH.
Sejak Minggu, 30 September 2018, tim BPBD Sulut langsung bergerak ke Kota Palu melalui Pelabuhan Laut Amurang untuk membawa bantuan logistik bagi masyarakat. Pada Senin, 1 Oktober 2018, tim sudah tiba di Kota Palu.
Tim RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado, imbuh Steven, juga sedang menuju Palu melalui Gorontalo. Tim terdiri atas spesialis bedah onkologi, bedah tulang, anastesi, tim perawat. Sementara tim dari Dinkes Provinsi Sulut menyusul berangkat membawa obat-obatan total sekitat 15 ton ke Palu.
Bantuan yang terkumpul dari Pemprov Sulut dan warganya sangat variatif. Terdiri atas matras 100 lembar, selimut 100 lembar, tikar 100 lembar, kain sarung 400 lembar, karung 2.000 lembar, sarung tangan 240 pasang.
Ditambah lagi family kit 50 paket, kidsware 100 paket, perlengkapan dapur 20 paket, makanan siap saji 20 paket, lauk-pauk 60 paket, makanan tambahan gizi 60 paket, sandang 60 paket, dan masker 1.000 lembar. Semua bantuan tersebut total seberat 15 ton. Sisanya berupa dana yang ditransfer untuk digunakan membeli alat kesehatan jika dibutuhkan mendadak.
Menyusul, tim berikutnya diberangkatkan hari ini via pesawat Hercules dari Bandara Sam Ratulangi, menurut Steven, merupakan gabungan dari Dinkesprov Sulut, IDI, FKUI, Poltekkes Manado, dan beberapa organisasi profesi lainnya.
“Total ada 18 orang yang terdiri dari tenaga dokter spesialis, dokter umum, perawat berikut dua ton alat kesehatan dan obat-obatan,” urai Steven.
*Berstrategi Prioritas di Tengah Bencana*
Dikarenakan banyak kejadian patah tulang dan luka parah yang memerlukan tindakan operasi, Steven menerangkan ada skala prioritas jenis tenaga kesehatan yang dikirim. Meski yang berminat mengirimkan tenaga medis ratusan, Dinkes Prov. Sulut memprioritaskan dokter ortopedi, dokter emergensi, dan ahli anastesi.
Agar efektif, tim mengirim semua bantuan via kapal laut dan pesawat Hercules milik TNI. “Cara tersebut ditempuh karena BNPB tidak menganjurkan lewat darat karena masih ada penjarahan. Walaupun 200 orang siap berangkat kita akan memilih nakes prioritas,” cetus Steven.
Penanganan pascaevakuasi korban meninggal juga diupayakan oleh Dinkes Prov. Sulut sejak tanggal 2 Oktober 2018 lalu. Bersama tim Basarnas dan DVI Polri, mereka menangani masalah medis terkait penanganan jenazah.
Kondisi fasyankes yang belum pulih pun membutuhkan strategi kegawatdaruratan. Agar korban cepat tertangani, penanganan dialihkan ke RS rujukan selain RSUD Undata, yakni di RS Budi Agung, Palu.
“Karena RSUD overcrowded, kita melihat perkembangan disana dan yang paling tahu lokasi paling tepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulteng terkait peta kerentanan dan peta korban untuk diarahkan,” ujar Steven lebih lanjut.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(wul)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM