Jakarta, 23 Oktober 2018
Jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia terus menunjukkan tren penurunan selama beberapa tahun terakhir. Penurunan jumlah absolut kematian ibu dari 4.999 Ibu (tahun 2015) menjadi 4.295 Ibu (tahun 2017). Penurunan jumlah absolut kematian bayi dari 33.278 bayi (tahun 2015) menjadi 27.875 bayi (tahun 2017) di seluruh Indonesia.
Upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi ini terus diupayakan oleh seluruh jajaran kesehatan, untuk mengurangi angka kematian ibu (AKI) hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Selain itu, upaya mengakhiri kematian bayi dan Balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan angka kematian neonatal hingga 12 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian Balita hingga 25 per 1000 kelahiran hidup.
Keberhasilan dalam menurunkan kematian pada ibu dan anak tidak luput dari pengaruh positif keberadaan jaminan kesehatan nasional (JKN) yang secara tidak langsung meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat merasa tenang karena merasa terlindungi dengan keberadaan JKN.
“Kematian ibu dan anak menurun, mungkin karena adanya JKN ini sehingga cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan jadi jelas kelihatan meningkat”, tutur Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeleok, Sp.M(K), saat mengawali paparannya dalam Konferensi Pers Capaian 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Selasa sore (23/10).
Cakupan persalinan ibu hamil melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan pada tahun 2015 adalah 78.43%, melebihi target nasional yakni 75%. Kemudian terus meningkat pada tahun 2016 sebesar 80,61% dan tahun 2017 sebesar 83,67%.
Hal tersebut tentu tidak terlepas dari upaya spesifik penanganan stunting seperti pemberian makan tambahan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (Bumil KEK) dan Balita khusus, serta upaya sensitif yang dilakukan sehingga prevalansi Balita stunting dapat diturunkan dari 37,2% (Riskesdas, 2013) menjadi 30,8% (Riskesdas, 2018).
Menkes Nila Moeloek menerangkan bahwa dalam upaya menurunkan angka stunting, Kemenkes mengupayakan perubahan perilaku dan melakukan intervensi spesifik. Namun, tidak akan cukup bila hanya mengandalkan pemberian tablet tambah darah untuk mencegah anemia pada remaja, lalu memberikan makanan tambahan saja. Namun, lebih dari itu, membutuhkan bantuan dari lintas bidang di luar sektor kesehatan terkait intervensi sensitiv, seperti akses terhadap air bersih, sanitasi, mencegah pernikahan dini pada remaja, bahkan dukungan dari sektor agama dan pendidikan dalam keberhasilan program imunisasi untuk anak-anak Indonesia.
Stunting merupakan kondisi kekurangan asupan gizi secara kronis (dalam waktu cukup lama) akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, sejak janin masih dalam kandungan dan dampaknya baruakan terlihat pada saat anak berusia dua tahun (fase emas pertumbuhan terlewatkan). Terkait cita-cita besar bangsa Indonesia menjadi negara maju, stunting akan berdampak pda terhambatnya perkembangan otak dan fisik, anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit, rentan terkena penyakit tidak menular, berpostur kurang tinggi, bahkan berdampak pula pada kognitifnya sehingga sulit berprestasi. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi daya saing generasi bangsa Indonesia di masa depan.
Lebih jauh lagi, Menkes Nila Moeloek menyatakan agar pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan bertambahnya usia harapan hidup, perlu dilihat bahwa ada risiko peluang menjadi sakit saat lanjut usia menjadi besar kalau kita tidak mau melakukan upaya preventif untuk menjaga kesehatan sejak dini. Untuk itu, Menkes Nila Moeloek sangat mengharapkan agar seluruh masyarakat mau berperan aktif untuk bersama-sama menjaga kesehatan diri dan keluarga, khususnya remaja, para calon orang tua yang akan melahirkan generasi penerus bangsa Indonesia di masa mendatang.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Please Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Untuk information lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomer hotline 1500-567 SMS 081281562620, faksimili (021)5223002, 52921669, Dan alamat email kontak@kemenkes.go.id (zan/myg)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM