Dalam kerangka kerja sama penyaluran pelayanan jantung dan pembuluh darah Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kualitas pelayanan dan akses masyarakat terhadap pelayanan jantung dengan melakukan stratifikasi dan pengembangan sistem jaringan daerah untuk pelayanan jantung.
Hal ini disampaikan Menkes RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dalam sambutannya saat membuka acara ‘20thAnnual Meeting of the Asian Society for Cardiovascular and Thoracic Surgery (ASCVTS)’, Jumat, 9 Maret 2012 di Bali International Convention Centre, Nusa Dua Bali.
Menkes menyampaikan, penyakit kardiovaskular atau Cardiovascular Diseases (CVD) telah menjadi salah satu masalah kesehatan di masyarakat dan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Prevalensi penyakit kardiovaskular meningkat dari hari ke hari.
Menurut prediksi WHO, sekitar 23.6 juta orang di dunia akan mati karena CVD di tahun 2030. Hal ini disebabkan dampak negatif dari berbagai faktor, seperti perubahan gaya hidup, merokok, polusi udara, dan buruknya kondisi sosial ekonomi. Selain itu, tingginya penyakit jantung bawaan yang juga dilaporkan perlu perhatian khusus, kata Menkes.
“Ada juga sejumlah besar kasus dengan kelainan yang membutuhkan bedah. Masalah ini digambarkan dengan persentase cacat jantung bawaan yang berkisar dari 0,8% sampai 1% dari jumlah kelahiran per tahun. Di Indonesia, diperkirakan bahwa ada 40.000 sampai 50.000 bayi lahir dengan cacat jantung bawaan setiap tahunnya”, ujar Menkes.
Angka ini konsisten dengan angka kelainan jantung dewasa yang dilaporkan Penelitian Kesehatan Dasar tahun 2007 oleh Kemenkes, menunjukkan bahwa penyebab utama kematian di Indonesia adalah penyakit pernapasan (kebanyakan tuberculosis) dan penyakit kardiovaskular (sebagian besar serangan jantung atau stroke), lanjut Menkes.
Menkes mengatakan, di Indonesia, pelayanan bedah toraks-kardiovaskular dimulai akhir 1960-an. Saat ini, hampir di seluruhIndonesia, spesialis bedah toraks-kardiovaskular tersedia di kelas a atau b rumah-sakit umum di kota-kota besar dan ibu kotaprovinsi. Selain itu, regional integrated heart services (layanan daerah jantung terpadu) ini juga tersedia dalam kelas a dan b rumah sakit, terletak di wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi dan RS Jantung Harapan Kita di Jakarta adalah NationalHeart Refferal Hospital. Diharapkan tahun 2015 angka ahli bedah jantung bisa mencapai lebih dari 80 orang.
Layanan bedah kardiovaskular toraks membutuhkan banyak sumber daya yang meliputi berbagai macam peralatan. Tetapi tidak semua RS mampu menyediakan layanan sesuai dengan standar pelayanan dan fasilitas, seperti ruang operasi dengan pemantauan set lengkap, unit perawatan intensif untuk pasien yang pasca-operasi, dan alat-alat diagnostik – seperti Echocardiogram, Electro Cardiogram, dan pemindaian nuklir.
Saat ini, dengan meningkatnya kesadaran akan penyedia layanan di Indonesia, kerja sama pemerintah maupun swasta bertujuan untuk meningkatkan pelayanan operasi jantung di Indonesia yang telah berlangsung.
Pada kesempatan tersebut Menkes mengingatkan semua profesional bedah toraks- kardiovaskular tentang pentingnya inovasi teknologi tinggi dan pemanfaatan dalam meningkatkan layanan untuk pasien penyakit kardiovaskular.
Menkes berharap bahwa prosedur bedah inovatif dan teknik yang lebih aman untuk pasien, lebih rendah dalam efek samping, dan lebih terjangkau, dapat dikembangkan.
Di akhir sambutannya Menkes meminta kepada peserta ‘20th Annual Meeting of the Asian Society for Cardiovascular and Thoracic Surgery (ASCVTS)’ dalam rangka meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap kardiovaskular dan thoracic operasi dan layanan untuk merumuskan pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik dan lebih kompetitif.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: (021) 52921669; 52960661, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau e-mail kontak@ depkes.go.id dan info@depkes.go.id.