Jakarta, 11 Januari 2019
Akhir-akhir ini intensitas hujan lebih sering terjadi dan menimbulkan banyak genangan air di lingkungan tempat tinggal. Genangan tersebut dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti pembawa virus dague penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue.
Akhir Desember, Kemenkes menerima laporan kasus DBD. Ada 22 provinsi yang terjadi peningkatan kasus suspek dengue, dari 22 provinsi itu ada beberapa wilayah yang menyatakan sudah masuk kategori kejadian luar biasa (KLB), yakni Kabupaten Kapuas, Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado, dan Kabupaten Manggarai Barat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan KLB ini sudah ditanggulangi oleh tim gerak cepat Kemenkes bersama dinas kesehatan propinsi setempat.
“Kemenkes juga sudah melakukan penyelidikan sumber penularan DBD dan sudah dilakukan langkah stop penularan DBD agar KLB tidak meluas,” kata dr. Nadia, Jumat (11/1) di ruang Pers Naranta Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes.
Selain itu, pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan 3M+.
“Upayanya kita pencegahan. Dari dulu sudah ada gerakan 3M+, yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas,” kata dr. Nadia.
Barang bekas semisal ban bekas, ungkap dr. Nadia, apabila terdapat genangan air bisa menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk yang menyebabkan demam berdarah. Padahal barang bekas itu bisa didaur ulang menjadi barang bernilai untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
“Plusnya kita menggunakan ikan pemakan jentik. Jadi apabila di dalam rumah ada tanaman berisikan air, nah air itu juga bisa menjadi tempat berkembangbiak jentik nyamuk penyebab demam berdarah. Sebaiknya disana ada ikan pemakan jentik nyamuk,” ucap dr. Nadia.
Penegahan juga dapat dilakukan dengan menaburkan larvasida untuk tempat yang tidak mungkin dilakukan pengurasan air atau mengeringkan air. Larvasida berfungsi untuk membunuh larva nyamuk.
Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk aedes betina saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia), yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sesudah menghisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit.
Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
DBD menyerang pembuluh darah yang menyebabkan indikator trombosit turun drastis. Kasus meninggalnya seseorang karena mengalami shock pembuluh darah.
“Penting kita memutuskan rantai penularan mulai nyamuk pradewasa sampai nyamuk dewasa. Langkahnya dengan 3M+ tadi dan jangan sampai ada genangan air di lingkungan tempat tinggal kita,” kata dr. Nadia.
Pencegahan harus dilakukan di tatanan keluarga. Setiap keluarga harus memastikan langkah pencegahan 3M+ dilakukan. Masyarakat diimbau agar waspada terhadap DBD, apabila terasa demam harus segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit.
Selain itu diharapak seluruh sekolah, mulai dari SD, SMP sampai SMA dan setaranya mewaspadai DBD, melalui kegiatan UKS dapat mencegah dengan melakukan PSN di lingkungan sekolah serta membentuk jumantik sekolah untuk memantau perkembangan bebas jentik di sekolah
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM