Jenewa, 24 Mei 2019
Kemenkes RI menjadi tuan rumah pada side event WHA ke 72 dengan tema the effective implementation of home based record to improved maternal, new born, amd child health towards achievement of UHC, leaving no one behind. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama dengan beberapa negara lain yaitu Kenya, Laos, Afganistan, Filipina, dan Jepang.
“Tujuan side event ini adalah untuk mengajak negara-negara untuk menggunakan home based record atau pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga,” jelas Dirjen Kesehatan Kemenkes RI Kirana Pritasari, di Jenewa (23/5).
WHO pada tahun 20184 mengeluarkan rekomendasi untuk penggunaan buku pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga karena buku ini sangat berguna bagi keluarga. Dengan buku ini mereka bisa memantau kesehatan ibu dan anak, bisa mendapat informasi tentang menjaga kesehatan, tanda bahaya pada anak sakit, bagaimana pertumbuhan anak yang sehat, dan bagaimana pencatatan selama pemeriksaan kehamilan, dan catatan imunisasi, catatan pertumbuhan atau KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk mengukur tinggi badan dan berat badan.
Dari beberapa negara yang hadir sebagai narasumber tingkat penerapan buku catatan kesehatan ibu dan anak berbeda-beda.
“Jepang sudah sangat maju. Setelah Perang Dunia Kedua mereka sudah menggunakan. Indonesia sudah menggunakan sejak 1994 sedangkan negara-negara seperti Kenya, Afganistan, dan Filipina baru mulai memakai pada awal tahun 2000-an,” kata Dirjen Kirana.
Dalam forum side event, para narasumber menyampaikan pengalaman dan tantangan yang dihadapi dalam penggunaan buku KIA karena memang tidak mudah mengintegrasikan catatan yang dahulunya terpisah ke dalam satu buku,
Indonesia sendiri, Menurut Kirana, sebelum tahun 1994 memiliki lima atau enam jenis catatan seperti KB, imunisasi, pemeriksaan kehamilan ibu, pemantauan tumbuh kembang. Sangat banyak catatan yang diperiksa, yang mudah hilang. Kemudian mulai diintegrasikan dan kita didukung oleh JICA. Meski demikian, Indonesia tidak tergantung dari JICA dalam penggunaan buku KIA.
Setelah para pembicara menyampaikan pengalamannya, UNICEF menyampaikan dukungan terhadap penggunaan buku KIA karena salah satu keberhasilan dari universal health coverage adalah pengetahuan yang ada di tingkat keluarga, sehingga mereka tahu kapan untuk mendapatkan pelayanan tidak hanya pada saat sakit tapi juga peduli untuk menjaga kesehatan.
Buku KIA sudah dipakai lebih dari 20 tahun di Indonesia. Kita terus belajar karena setiap tahun ada orang hamil baru dan bayi baru.
“Ini yang harus kita jaga agar tenaga kesehatan tetap patuh untuk menggunakan dan memberikan penjelasan kepada pengguna. Ibu juga harus mendapat informasi yang cukup untuk menggunakan buku itu sejak hamil sampai anaknya usia 6 tahun, karena kebutuhan ini akan terus-menerus seperti imunisasi yang kebutuhannya akan terus ada,” kata Kirana.
Kemenkes, menurut Kirana, akan menjaga ini sehingga pengetahuan tidak hanya di tingkat Pusat tapi di tingkat provinsi dan kabupaten sehingga sosialisasi tentang buku KIA ini harus terus dilakukan bahkan.
“Sekarang masuk ke dalam kurikulum pendidikan sehingga bidan bidan yang lulus sudah memahami sehingga tidak perlu dilatih lagi,” tambah Kirana.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM