Madinah, 15 Juli 2019.
Jemaah haji Indonesia memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda. Keragaman ini mesti disikapi dengan kemampuan komunikasi efektif petugas kesehatan haji kepada audiensnya.
Tim Promotif Preventif (TPP) menerapkan cara komunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, khususnya pada daerah yang memiliki jemaah haji berjumlah banyak. Kelompok terbang (kloter) dengan jemaah terbanyak di antaranya berasal dari Embarkasi Surabaya (SUB), Solo (SOC), dan Makassar (UPG).
Apa yang dilakukan oleh TPP 2019 bertujuan untuk memudahkan komunikasi antara para petugas kesehatan dengan seluruh jemaah haji Indonesia terutama dari daerah-daerah tertentu. Penyampaian materi kesehatan terkadang harus terkendala dalam hal bahasa. Untuk mengatasinya, ketika melakukan penyuluhan ke kloter-kloter di bandara, sektor dan lokasi lainnya, para penyuluh menggunakan bahasa daerah menyesuaikan dengan asal kloternya.
“Ini merupakan metode dakwah kesehatan dengan pendekatan kultural,” ujar Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
Muhammadong, anggota TPP asal Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menceritakan pengalamannya saat menyuluh di kloter UPG 10 dari Embarkasi Makassar. Ia memang harus menggunakan bahasa daerah mengingat mayoritas jemaah asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang kental bahasa bugisnya.
“Aja tallupai minung wae pute merepe repe riolo madakkata (jangan lupa minum air putih sesering mungkin sebelum haus),” kata Muhammadong.
Pengalaman menarik disampaikan oleh Anis, anggota TPP asal Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya di Jawa Tengah itu ada dua jenis bahasa yang agak berbeda dan tidak ia kuasai semuanya. Ini ia siasati dengan campuran bahasa Indonesia.
“Dahar teratur kalian sayur lan buah, ngaso cekap kersane badan tetep sehat lan kuat (makan teratur dengan sayur dan buah yang cukup agar badan tetap sehat dan kuat),” ucap Anis di hadapan jemaah kloter gabungan SOC 2 dan SOC beberapa waktu lalu.
Penggunaan bahasa daerah tidak hanya pada komunikasi publik langsung, tetapi juga komunikasi melalui perantaraan media. Edukasi kesehatan juga memanfaatkan media sosial dan aplikasi penyampai pesan.
Untuk memenuhi perkembangan media komunikasi dan tuntutan akses informasi, TPP juga menghasilkan beberapa video yang berisi pesan-pesan kesehatan dalam beberapa versi bahasa, yakni: sunda, jawa, minang, maluku, dan bugis. Video-video edukasi ini telah diunggah dan disebarluaskan kepada petugas maupun jemaah haji melalui media sosial dan aplikasi messenger (whatsapp).
Dengan bahasa dan kalimat yang mudah dimengerti oleh jemaah haji, Kemenkes berharap pesan-pesan kesehatan dapat lebih dipahami sehingga jemaah haji dapat menjaga kondisi kesehatannya selama berhaji di Arab Saudi.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (AM)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM.