Tomohon, 19 Desember 2019
Staf Ahli Menkes bidang Desentralisasi Kesehatan yang juga sebagai Ketua Komite Internsip Dokter Indonesia (KIDI) Pusat, dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS, meninjau wahana interensip dokter di RS Katolik Gubung Maria, Tomohon, Sulawesi Utara (19/12). Kunjungan dilakukan usai mendampingi kunjungan kerja masa reses Komisi IX DPR RI ke RSUP Kandou, di Manado.
DI RS Gunung Maria, Roberth bertemu dengan 15 dokter yang sedang menjalani program internsip, 3 dokter pendamping dari Puskesmas Matani dan RS Gunung Maria, serta seorang dokter spesialis selaku pembimbing.
RS Gunung Maria sudah dua kali menerima dokter internsip. Angkatan pertama tahun 2018 juga dengan kapasitas 15 peserta dan semuanya terisi. Tahun ini, 4 dokter berasal dari lulusan di luar Manado, sementara 11 dokter berasal dari fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Menurut Roberth, lulusan fakultas kedokteran setiap tahun bertambah. “Tahun ini 12ribuan, naik sekitar 1000 dokter dibanding tahun sebelumnya yaitu sekitar Rp11.000 dokter,” katanya. Oleh karena itu KIDI Pusat dan KIDI Provinsi terus melakukan advokasi kepada wahana-wahana untuk program internsip ini.
Bersama dr. Roberth, hadir pula Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dr. Riskiana. Ia menyampaikan pentingnya mensosialisasikan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup SEhat) kepada masyarakat sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan penyakit tidak menular.
Risky mencontohkan, saat menyuguhkan minuman ke tamu, agar gula tidak dimasukkan ke dalam teh tetapi diberikan secara terpisah. Ini sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi gula. Selain itu juga dalam penataan makan, sayur dan lauk pauk diletakan lebih dahulu setelah piring. Baru kemudian nasi ditata paling akhir.
“Dengan demikian piring akan berisi sayur dan tidak banyak makan nasi,” terang Risky.
Sebelum meninggalkan tempat, Roberth mengimbau kepada pimpinan wahana dan dokter pendamping serta dokter spesialis sebagai pembimbing agar peserta internsip mendapatkan kemandirian dalam mengelola pasien.
“Dalam internsip ini diharapkan dapat menangani pasien secara mandiri. Tentu berkoordinasi dengan dokter spesialis selaku DPJP (dokter penanggung jawab pasien). Kalau melakukan secara mandiri kemahiran dan kompetensi teknis sebagai seorang dokter diharapkan semakin meningkat,” kata Roberth.
Sebelum ke Tomohon, Roberth sempat mengunjungi RSUD Bitung dan Puskesmas Girian Weru sebagai paket wahana di Kota Bitung.
Menurut Roberth, ada 10 peserta interensip disana, 2 diantaranya adalah peserta relokasi dari daerah lain.
“Di sana peserta internsip ada 10 orang. Terbagi saat ini, 3 orang di Puskesmas dan 7 di rumah sakit. Dua di antara mereka adalah peserta yang direlokasi dari RSUD Tondano Kabupaten Minahasa, karena program internsip harus diikuti oleh minimal 3 orang dokter. Bila kurang maka harus direlokasi ke RS lain yang kuota pesertanya belum terisi maksimal,” jelas Roberth.
Program internsip telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Program ini menempatkan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit dan Puskesmas. Program Internsip memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peserta Program Internsip: memberikan pengalaman dan pemahiran serta penyelarasan hasil pendidikan dengan praktik di lapangan dalam bidang medik upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
2. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan: menambah sumber daya manusia yaitu tenaga dokter di Rumah Sakit dan Puskesmas, meningkatkan respon time dalam penanganan pasien khususnya di Unit Gawat Darurat, menambah atmosfer pendidikan di Rumah Sakit dan Puskesmas karena salah satu kegiatan Program Internsip adalah seminar, diskusi dan penelitian status kesehatan masyarakat
3. Bagi Pemerintah Daerah: menambah sumber daya manusia yaitu tenaga dokter di Rumah Sakit dan Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat di duatu daerah
4. Bagi Pemerintah Pusat: melaksanakan amanat UU nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran yang terkait dengan internsip;
5. Bagi masyarakat: peningkatan tenaga medis mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan peningkatan kualitas dokter serta jaminan keselamatan pasien.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM