Barcelona, 30 Januari 2020
Pemerintah Indonesia menyampaikan komitmen tinggi dalam upaya nasional untuk program pencegahan dan pengendalian pneumonia. Hal itu disampaikan Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan oleh dr. Alexander K. Ginting, mewakili pemerintah dalam pertemuan Global Forum on Childhood Pneumonia pada GAVI and “La Caixa” Reception: The Power of Prevention: Innovative Financing For Pneumonia Fighting Vaccines di Barcelona, Spanyol, pada 29-31 Januari 2020.
“Indonesia akan terus berupaya semaksimal mungkin dalam meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, meningkatkan akses, cakupan dan kualitas dari intervensi pneumonia yang komprehensif serta melakukan perluasan introduksi imunisasi PCV secara bertahap ke wilayah lainnya di Indonesia,” tegas Alexander K. Ginting, di hadapan 400 an peserta dari 58 negara pada Rabu, 29 Januari 2020.
Sebelumnya, dalam keynotenya, Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menurunkan angka kematian Balita oleh karena pneumonia sebagai bagian dari prioritas nasional, termasuk melalui pelaksanaan imunisasi Pneumococcus Conjugated Vaccine (PCV) secara bertahap dan mencakup seluruh Indonesia pada tahun 2024.
Pada kesempatan tersebut, Indonesia diminta berbagi pengalaman dengan mempertimbangkan capaian yang telah diperoleh dan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Indonesia dalam rangka pencegahan dan pengendalian pneumonia.
Selain itu Indonesia juga menegaskan komitmen dalam upaya mengatasi faktor risiko pneumonia melalui peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan prioritas pada perumusan national action plane for pneumonia and diarhoe (NAPPD), dan upaya upaya pencapaiannya.
Pertemuan ini merupakan forum yang penting untuk sinergi global dalam pemberantasan pneumonia, atau radang paru, yang merupakan penyakit penyebab utama kematian pada anak, terutama balita.
Sekitar 800.000 kematian pada anak setiap tahunnya di dunia terjadi karena pneumonia.
Bila tidak dilakukan upaya serius maka tujuan peningkatan derajat kesehatan anak sebagaimana diamanatkan dalam Sustainable Development Goals dan juga Universal Health Coverage akan sulit diwujudkan. Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi dan beberapa upaya lain yang hemat biaya serta dapat diobati dengan antibiotik berbiaya murah.
Menanggapi situasi ini, dibentuklah Global Forum on Childhood Pneumonia yang digagas oleh beberapa lembaga, organisasi maupun inisiatif yaitu ISGlobal, Save the Children, UNICEF, Every Breath Counts, Bill & Melinda Gates Foundation, “la Caixa” Foundation, USAID, Unitaid dan GAVI. Forum ini berfokus pada peningkatan komitmen dunia, baik itu unsur Pemerintah, LSM, lembaga donor, lembaga riset serta seluruh mitra terkait, dalam mendukung upaya pengendalian Pneumonia.
Di Indonesia sendiri, kematian anak akibat pneumonia telah dapat diturunkan hingga 87%, bila dibandingkan dengan situasi pada tahun 1990. Namun, hingga saat ini, penyakit tersebut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengganggu peningkatan derajat kesehatan anak Indonesia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa pneumonia menempati posisi kedua penyebab utama kematian bayi dan balita untuk penyebab penyakit karena penyakit menular. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menunjukkan angka prevalensi pneumonia pada balita tinggi yaitu 4,5 per 100 balita. Hal ini berarti, 4 – 5 dari 100 balita, menderita Pneumonia.
Indonesia telah melakukan berbagai upaya serius dalam pengendalian pneumonia pada balita, melalui pemberian imunisasi, peningkatan status gizi ibu hamil, promosi ASI eksklusif bagi bayi sampai usia 6 bulan, peningkatan gizi bayi dan balita, pengendalian polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), promosi rumah sehat, perbaikan perilaku masyarakat dalam pencarian layanan kesehatan, perbaikan dalam tatalaksana pneumonia, dan penyediaan pembiayaan yang berkesinambungan bagi pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian pneumonia.
Imunisasi untuk pencegahan pneumonia
Dalam hal pemberian imunisasi, Pemerintah senantiasa berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dengan menambahkan beberapa jenis vaksin baru ke dalam program imunisasi rutin nasional secara bertahap. Terdapat beberapa jenis vaksin yang dapat mencegah Pneumonia, tergantung kepada penyebabnya, yaitu vaksin Campak, vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Pneumococcus Conjugated Vaccine (PCV).
Vaksin Campak dapat mencegah Pneumonia yang merupakan salah satu komplikasi dari penyakit Campak, vaksin Hib mencegah Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri Hib, sedangkan vaksin PCV mencegah Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri pneumokokus. Vaksin Campak telah diperkenalkan di Indonesia sejak lama, yaitu tahun 1982. Vaksin Hib (dalam bentuk vaksin kombinasi DPT-HB-Hib) telah juga diperkenalkan sejak tahun 2013.
Vaksin PCV telah diperkenalkan secara bertahap dimulai dengan Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur pada tahun 2017, diikuti dengan kabupaten/kota lainnya di Pulau Lombok pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 vaksin PCV telah diperkenalkan di seluruh kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Barat.
Indonesia akan terus berupaya semaksimal mungkin dalam meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, meningkatkan akses, cakupan dan kualitas dari intervensi Pneumonia yang komprehensif serta melakukan perluasan introduksi imunisasi PCV secara bertahap ke wilayah lainnya di Indonesia. Selain itu juga upaya dalam mengatasi faktor risiko pneumonia dengan peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan prioritas pada perumusan national action plane for pneumonia and diarhoe (NAPPD), dan upaya upaya pencapaiannya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(gi)
Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM