Madinah, 29 Juli 2022
Setiap Tenaga Kesehatan Haji Indonesia harus memiliki soft skills dalam mendampingi Jemaah Haji Kloter. Kemampuan komunikasi menjadi kunci keberhasilan bagi TKHI dalam mengawal kesehatan jemaah haji di level hilir. Sebagai pihak yang selalu membersamai jemaah, para TKH dianggap yang paling mengetahui kondisi di lapangan dan kondisi jemaah di kloternya.
“Kalian yang paling tau kondisi jemaah di lapangan seperti apa, sehingga soft skills dalam berkomunikasi menjadi penentu keberhasilan kita semua di sini” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Budi Sylvana, MARS, M.H saat berdialog dengan TKHI di Madinah, Kamis (28/7) sore waktu setempat.
Apalagi mengingat di musim haji tahun ini terjadi pengurangan jumlah TKHI Kloter dari yang sebelumnya tiga menjadi dua orang. Tentunya semakin meningkatkan beban pelayanan kesehatan di kloter. Ditambah lagi waktu persiapan yang singkat bagi TKHI untuk mengenali kondisi kesehatan jemaah kloter. Sehingga pihaknya sangat menghargai kreatifitas yang dilakukan TKH dalam mengawal jemaah haji.
“Saya harus akui itu, teman teman bekerja hanya dua orang tapi bisa mengawal jemaah dengan efektif” apresiasi dr. Budi.
Pada kesempatan tersebut juga para TKHI diberikan kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dalam mengawal jemaah haji. Salah satunya dr. Regina yang merupakan TKHI dari embarkasi palembang. Menurutnya, pemanfaatan media sosial khususnya komunikasi melalui WhatsApp Group (WAG) secara masif, menjadi solusi yang paling tepat di tengah keterbatasan waktu untuk mengenal kondisi kesehatan tiap tiap jemaah di kloternya.
“Lewat Whatsapp, setiap hari kita mengenalkan diri, dan lakukan edukasi secara masif. Bahkan sudah banyak konsultasi meskipun kita belum ketemu (dengan jemaah). Dan disaat akhirnya katemu, bondingnya lebih cepet” ujarnya sambil bersemangat.
Menurutnya, apa yang dilakukannya membuahkan hasil mengedukasi jemaah untuk lebih memahami kondisi kesehatan masing masing dan juga memahami batasan masing masing. Regina mencontohkan ketika terjadi benturan waktu antara program ziarah yang telah ditetapkan dengan jadwal Medical Check Up (MCU) di KKHI Madinah, dari diri jemaah harus yakin bahwa pada saat itu MCU lebih penting untuk didahulukan.
“Karena sebetulnya kita tidak bisa bekerja sendiri. Kita minta tolong kepada jemaah untuk menjaga dirinya, selain kita juga menjaga mereka dan memberikan pelayanan kesehatan” tambah Regina.
Sementara perwakilan TKHI dari Jawa Barat dr. Dianti menuturkan bahwa pihaknya menerapkan komunikasi efektif dengan Kepala Rombongan (Karom) dan Kepala Regu (Karu).
“Saya minta Karom dan Karu untuk membantu menjaga jemaahnya. Kita berangkat ke sini bareng 365 orang, kita juga harus pulang bareng. Kalau mau pulang bareng saya (ke Indonesia), kita harus saling jaga” ucapnya.
Selain itu juga dilakukan penunjukkan Kader di setiap kamar bagi jemaah yang paling muda dan sehat. Kader bertugas untuk memantau jemaah di kamarnya masing masing, dan melaporkan kepada Karu, karom, dan TKHI jika dibutuhkan pelayanan kesehatan.
“Rata-rata yang lapor itu kadernya, alhamdulillah sangat terbantu sekali” ucapnya penuh syukur
dr. Budi menuturkan banyaknya dinamika dalam penyelenggaraan ibadah haji, termasuk dalam pelayanan kesehatan. Pihaknya mengaku bersyukur dengan apa yang dilakukan oleh para TKHI.
Pihaknya tetap meminta TKHI untuk terus mengawal kesehatan jemaah sampai nanti sepulangnya ke tanah air. Pihaknya juga menaruh harapan agar di penyelenggaraan ibadah haji di tahun tahun mendatatang, proporsi TKHI dapat ditingkatkan menyesuaikan dengan jumlah jemaah di tiap tiap kloter
“Setidaknya 4 TKHI untuk setiap kloter” pungkasnya
Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected]. (NI)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
drg. Widyawati, MKM