Sekolah perlu mengeluarkan kebijakan tertentu untuk mencegahan terjadinya tindakan perundungan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di sekolah.
Psikolog dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Siti Muawanah, S. Psi., M. Psi., mengatakan upaya pencegahan perundungan di sekolah harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan semua pihak, mengingat dampaknya yang mungkin dapat menyebabkan masalah psikologis yang serius dan berkepanjangan di masa depan. “Sekolah-sekolah di Indonesia sudah saat saatnya untuk mulai sadar terhadap ancaman perilaku perundungan yang terjadi pada anak-anak melalui adanya semacam program pencegahan perundungan yang dapat dimulainya sedini mungkin agar lebih mudah diterima dan tertanam hingga mengakar dari awal oleh anak,” kata Siti dalam Talkshow Keluarga Sehat di Radio Kesehatan pada Kamis, 19 Oktober lalu.
Perundungan, menurut Siti, merupakan salah satu bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa kuat atau berkuasa kepada orang lain yang dianggap lebih lemah atau tidak berdaya dengan tujuan untuk menyakiti atau merugikannya. “Bedanya dengan perilaku agresif lainnya adalah perundungan dilakukan memang dengan sengaja dan terjadi karena adanya ketimpangan kekuatan antara pelaku dan korbannya dengan tujuannya untuk menyakiti. Ketika hal ini terjadi secara berulang, maka akan memberikan dampak psikologis kepada korbannya,” ujarnya.
Psikiater dari Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan, dr. Suzy Yusna dewi, Sp. K. J. (K.), mengatakan bahwa sekolah perlu mengeluarkan kebijakan tertentu untuk mencegahan terjadinya tindakan perudungan yang dapat dilakukan oleh anak-anak di sekolah. “Sekolah harus mengetahui masalah perilaku perundungan sehingga kemudian menciptakan sebuah kebijakan tertentu untuk menghindarinya. Misalnya di sekolah ada program ‘Stop Perundungan’ dengan memberlakukan sanksi bagi murid yang melakukan perundungan,” kata Suzy kepada Mediakom pada Rabu, 11 Oktober lalu.
Menurut Suzy, sekolah dapat mendidik muridnya tentang perundungan melalui kegiatan belajar mengajar di sana. Guru dan pihak sekolah lain dapat mengajarkan norma-norma sosial, seperti mengajarkan anak untuk menghormati, menghargai, dan tidak menyakiti atau melukai anak lain serta memberikan pemahaman mengenai perundungan, baik tentang jenis-jenis maupun dampak negatifnya. Pendidikan akhlak juga dapat menekan perilaku perundungan dengan menanamkan nilai-nilai seperti melakukan sesuatu yang tidak merugikan diri sendiri, tidak merugikan orang lain, dan tidak merugikan lingkungan sekitar.
Suzy menambahkan bahwa sekolah juga dapat memberikan sanksi kepada murid yang melakukan perundungan, yaitu berupa pembinaan, yang dimulai dari memberikan teguran lisan, teguran tertulis, dan tindakan lain yang bersifat mendidik agar anak tidak kembali melakukan perundungan. Menurut Suzy, kurang tepat jika pelaku perundungan langsung dikeluarkan dari sekolah karena sanksi tersebut tidak menyelesaikan masalah tapi malah bisa memperburuk keadaan pelaku. “Jangan dikeluarkan dulu dari sekolah. Namun, bisa diberikan pembinaan hingga skorsing dalam beberapa waktu tertentu. Jika langsung dikeluarkan, nanti pelaku bisa bikin masalah lagi di sekolah lain.”
Orang tua perlu turut serta dalam melindungi anaknya supaya anak tidak menjadi korban atau pelaku perundungan di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, aman, dan menyenangkan untuk anak saat berada di rumah.
Siti menjelaskan bahwa anak akan mencontoh segala hal yang diajarkan atau dilakukan orang tuanya. Untuk itu, pola asuh orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku perundungan di sekolah, khususnya sebagai pelaku perundungan. Dia mencontohkan ketika orang tua sedang marah dan selalu melakukan kekerasan, anak akan sering melihat dan menyerap semua kelakukan yang ditunjukan oleh orang tuanya. Maka, saat berada di lingkungan baru seperti di sekolah anak ini akan merespons seperti apa yang pernah dilihatnya di rumah, sehingga saat dia, tentu ia akan melakukan kekerasan juga, khususnya kepada orang-orang yang ada di sekolah, yang pada akhirnya ia menjadi pelaku perundungan. “Apa yang kita ajarkan, apa yang kita modelkan, baik kebiasaan atau kelakuan orang tua, maka akan ditiru oleh anak berdasarkan sepenglihatannya dalam keseharian di lingkungan keluarganya itu,” tutur Siti.
Menurut Siti, orang tua juga harus bisa mengajarkan kepada anak tentang cara mempertahankan diri untuk menghadapi situasi-situasi berbahaya saat berada di sekolah. Hal ini juga perlu dilakukan agar anak bisa memiliki kekuatan atau ketahanan mental untuk menghindari dan bukan untuk melawan balik. Dengan memahami cara untuk mempertahankan diri, anak diharapkan bisa menjauh dari bahaya seperti perundungan.
Tip Mencegah Perundungan di Sekolah
Perundungan dapat dicegah atau dihentikan oleh semua orang, termasuk guru-guru yang ada di sekolah. Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) memberikan beberapa langkah yang dapat dilakukan guru untuk mencegah perundungan.
Ciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Sekolah perlu menciptakan suasana yang hangat, hubungan yang saling mendukung, iklim positif, dan pelibatan semua siswa di ruang kelas.
Pedoman tentang perundungan. Sekolah dapat menyusun dasar, acuan, dan petunjuk yang tegas dan jelas terhadap perundungan serta membuat kesepakatan dengan siswa tentang konsekuensi dari perundungan secara partisipatif, alih-alih memberi hukuman.
Pengawasan terhadap anak yang rentan. Guru perlu lebih memperhatikan anak-anak yang secara fisik lebih lemah, anak-anak dengan disabilitas, anak-anak baru atau pindahan, dan anak-anak yang sering mengeluh karena jadi korban perundungan.
Dukungan untuk anak yang rentan perundungan. Berikan dorongan kepada anak-anak yang lebih rentan perundungan untuk berinteraksi secara lebih aktif dan ingatkan teman-temannya untuk membantunya agar dapat melakukannya dengan baik.
Ajarkan anak cara mengatasi perundungan. Libatkan siswa untuk bermain peran (role play) mengenai situasi perundungan dan cara mengatasi masalah ini. Rencanakan bersama mereka cara melawan perundungan dan penindasan.
Beritahu bahwa mereka tidak sendiri di sekolah. Yakinkan kepada setiap siswa bahwa setiap guru bersedia membantu mereka jika dan ketika mereka mengalami perundungan.
Penulis: Redaksi Mediakom