Bidan menghadapi tantangan besar di masa pandemi COVID-19. Mempromosikan kesehatan sejak dari lingkungan sekitar hingga melalui media sosial.
Peranan bidan di dunia kesehatan tidak kalah penting dibandingkan tenaga kesehatan lain karena kesehatan ibu hamil, melahirkan, hingga menyusui harus terpantau dan ditangani dengan baik dan hati-hati. Pendampingan dari segi kesehatan fisik dan mental ibu harus diperhatikan agar mereka tetap tenang dan bahagia saat menjalani masa-masa kehamilan hingga memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada buah hatinya.
Tantangan yang dihadapi para bidan, terutama di masa-masa pandemi COVID-19, semakin besar dan harus dijalani dengan penuh perjuangan. Hal ini juga dialami oleh Umi Hikmawati, S. S. T., Bd.. Baginya, masa pandemi merupakan masa yang paling mengkhawatirkan. Penularan virus yang cepat membuat ia dan para bidan lain harus bersungguh-sungguh mencegah penularan. Apalagi sebagai bidan praktik mandiri, dia harus memfasilitasi sendiri segala peralatan pendukung seperti alat pelindung diri (APD) dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pencegahan penularan virus dari pasien ke bidan. “Alhamdulillah, selama pandemi saya dan keluarga serta bidan yang bekerja di klinik saya tidak tertular COVID-19,” kata Umi kepada Mediakom pada Senin, 27 Mei 2024.
Menurut Umi, ada saja tantangan yang mereka hadapi. Misalnya, “Ada pasien yang datang berkunjung tanpa alat pelindung diri (masker), meskipun di pintu masuk klinik sudah diberi tulisan berupa anjuran untuk menggunakan masker bila berkunjung. Hal ini terjadi pada masa awal pandemi ketika masyarakat sekitar saya masih ada yang belum peduli dengan COVID-19,” ujar perempuan menjadi bidan sejak 1995 ini.
Untuk itu, Umi benar-benar harus memperhatikan ventilasi di ruangan kliniknya, baik di ruang pemeriksaaan, ruang bersalin, maupun ruang nifas. Ia juga membuka jendela lebih lebar lagi untuk memperlancar sirkulasi udara. Ia konsisten menerapkan protokol kesehatan, seperti menyediakan tempat cuci tangan di dekat pintu masuk dan anjuran untuk cuci tangan sebelum masuk ruangan serta menyediakan masker bagi pasien atau pengunjung yang tidak memakai masker.
Umi dan rekan-rekan sejawatnya juga harus mampu menjaga kesehatan diri mereka sendiri. Umi sendiri selalu berupaya untuk meningkatkan imunitas dengan mengonsumsi vitamin, memakan makanan bergizi seimbang dengan teratur, istirahat yang cukup, kerap berganti pakaian, dan membersihkan diri seusai praktik di klinik. Ia juga menjaga jarak yang aman dengan pasien sesuai peraturan.
“Sebagai bidan saya juga harus mampu menginformasikan tentang pencegahan penularan COVID-19 terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan bayi di bawah lima tahun. Saya juga harus mampu meyakinkan bahwa kunjungan pasien dan keluarga pada saat pandemi sebaiknya dikurangi selama tidak ada gejala darurat. Untuk itulah saya mengurangi waktu konsultasi secara langsung dan menggantinya dengan konsultasi menggunakan WhatsApp atau telepon,” ucap Umi, yang aktif di Ikatan Bidan Indonesia.
Hal itu, kata Umi, dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang memang sangat berbahaya bagi ibu hamil dan menyusui yang rentan tertular. Bahkan, para ibu hamil diwajibkan untuk mengikuti uji cepat COVID-19 pada saat melahirkan. Untuk itu, seorang bidan harus mampu menyampaikan informasi dengan tepat dan membantu para ibu mengikuti tes cepat dengan kondisi yang nyaman dan tenang. Bagi pasien yang rutin berkunjung, yaitu ibu hamil dan ibu yang akan menjalani keluarga berencana, dianjurkan untuk mengonfirmasi rencana kedatangannya terlebih dahulu agar tidak menunggu terlalu lama sehingga mempersingkat waktu berada di tempat pelayanan.
“Hal yang paling penting lainnya bagi bidan ialah segera merujuk ibu hamil atau ibu bersalin yang menunjukkan gejala COVID-19,” kata Umi. “Selama pandemi saya memang tidak menemukan masalah yang begitu berarti bagi kesehatan perempuan. Akan tetapi, ditemukan juga ibu hamil dan ibu bersalin yang positif COVID-19 bergejala ringan dan tentunya saya segera merujuknya ke rumah sakit.”
Bidan juga berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat sekitarnya dan melalui media sosial mengenai COVID-19. Dalam lingkup kecil, misalnya, mereka memberikan informasi tentang bahaya COVID-19, cara pencegahan dan perawatan dalam keluarga jika ada anggota keluarga yang terkena, dan soal isolasi mandiri. Pada lingkup yang lebih luas, bidan ikut berperan dalam mempromosikan kesehatan lewat media sosial atau media lain serta membantu program vaksinasi COVID-19 melalui kerja sama dengan dinas kesehatan setempat.
Mengingat pentingnya peran bidan, Umi berharap pemerintah lebih memperhatikan dan memudahkan mereka dengan regulasi yang tepat guna dan bermanfaat bagi para bidan tersebut. “Kepercayaan masyarakat terhadap bidan yang sudah terbangun harus diimbangi dengan kualitas bidan sehingga bisa memberikan pelayanan yang optimal. Bidan diharapkan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu khususnya kesehatan ibu dan anak. Hal ini bisa melalui pendidikan formal maupun informal sehingga bisa memaksimalkan peran mereka dalam keikutsertaan program pemerintah, khususnya kesehatan perempuan,” ujar Umi.
Penulis: Redaksi Mediakom