Hari ini (11/9) Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H. meluncurkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia tahun 2011, di Jakarta. Hasil GATS menunjukkan, bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang melaksanakan GATS (16 low dan middle income countries), Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 % pada wanita (bandingkan dengan India, 2009): laki-laki 47.9% dan wanita 20.3 %; Philippines (2009): laki-laki 47,7 % dan wanita 9,0%; Thailand (2009): laki-laki 45,6% dan wanita 3,1%; Vietnam (2010): 47,4% laki-laki dan 1,4% wanita; Polandia (2009): 33,5% laki-laki dan 21.0% wanita).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan bertekad melindungi masyarakat Indonesia dari bahaya penggunaan tembakau, serta terus menegaskan pentingnya kesadaran indvidu dan kolektif akan efek jangka panjang dari penggunaan tembakau yang bukan hanya pada kesehatan tapi juga pada lingkungan sekitar dan ekonomi.
GATS merupakan survey nasional yang representatif, menerapkan protokol standar antar negara termasuk Indonesia. Di Indonesia, survei nasional dengan sampel yang mewakili Indonesia dilakukan untuk memonitor konsumsi tembakau pada penduduk usia 15 tahun atau lebih dan pencapaian upaya pengendaliannya. GATS menghasilkan data yang dapat dibandingkan dengan data serupa di negara-negara lainnya. Dengan metodologi berstandar internasional, dihimpun informasi tentang latar belakang dan karakteristik responden, konsumsi tembakau, aspek ekonomi, peran media dan pemahaman, serta sikap dan persepsi masyarakat terhadap konsumsi tembakau.
Secara ringkas, dapat dikemukakan bahwa walaupun 86.0% orang dewasa percaya bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit serius, namun 67,4% laki-laki dan 4,5% wanita atau rata-rata 36,1% orang dewasa di Indonesia mengkonsumsi tembakau dengan merokok atau mengkonsumsi tembakau tanpa asap. GATS juga menemukan bahwa 60,9% pria, 2,7% wanita dan rata-rata 31,5% atau 54,3 juta orang dewasa saat ini merokok kretek. Survai juga menemukan bahwa 1,5% pria, 2,3% wanita dan 1,7% atau 2,9 juta orang dewasa saat ini mengkonsumsi tembakau tanpa asap. Sekitar 50% perokok saat ini berencana atau sedang memikirkan untuk berhenti merokok.
Terhadap bahaya asap rokok sekunder, ditemukan keterpaparan terhadap asap rokok pada 51,3% atau 14,6 juta orang dewasa di tempat kerjanya; dan pada 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa di rumahnya. Paparan asap rokok juga dialami 85,4% atau 44,0 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran. Ini menunjukkan perlunya perlindungan pada para perokok pasif yang membahayakan kesehatannya.
Hasil survai juga menunjukkan bahwa untuk membeli 20 batang rokok dibutuhkan sekitar Rp. 12.719,-. Didapatkan juga bahwa 40 % orang dewasa melihat informasi anti merokok di televisi atau radio; dan 50% melihat iklan pemasaran rokok di toko yang menjual rokok. Sekitar 80% melihat iklan dan promosi (di luar toko) dan sponsor rokok di acara olahraga.
Data GATS ini akan membantu Indonesia dalam menyusun rencana pengendalian konsumsi tembakau ke depan, dengan tujuan utama untuk melindungi kesehatan masyarakat terutama generasi muda dari bahaya bahan adiktif yang ada pada rokok dan melaksanakan secara konsisten WHO MPOWER yang sudah terbukti efektif.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon (021) 52907416-9, faksimili: (021)52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): <kode lokal> 500-567 dean 081281562620 (sms), atau e-mail [email protected]