Kementerian Kesehatan RI bersama Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah segera melakukan imunisasi Campak bagi anak-anak di lokasi pengungsian bencana letusan gunung Merapi. Imunisasi rutin dilakukan setelah pengungsi kembali ke tempat tinggalnya atau hunian sementara (huntara).
Dari jumlah orang yang berobat ke klinik atau pos pelayanan kesehatan, diketahui pola penyakit di lokasi pengungsian tertinggi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Untuk penyakit tidak menular, akan dilakukan pemeriksaan penyakit Hipertensi dan dampak polusi udara. Selain itu, juga dilakukan pemantauan kepada pasien yang memperoleh obat TB Paru (OAT) dan HIV/AIDS (ARV).
Demikian laporan yang disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Sabtu, 20 November 2010.
Mengenai kualitas udara di 34 titik yang diteliti oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Daerah Istimewa Yogyakarta dibantu BBTKL Surabaya, partikel debu Total Suspended Particulate (TSP) dan Particulate Matter (PM) yang paling banyak atau tinggi kadarnya. Untuk kadar air, PH air rendah dan kandungan yang tertinggi adalah Selenium (Se). Namun dampak dari tingginya Se ini belum dapat diketahui.
Bantuan untuk korban terus mengalir, Dharma Wanita Persatuan Kemenkes RI memberikan bantuan total Rp. 19 Juta yang digunakan untuk membeli ember cuci, mesin jahit, dan personal hygiene kit seperti pembalut wanita. Selain itu, KORPRI P2PL memberikan bantuan sebesar Rp. 4 Juta digunakan untuk sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) knock down.