Lebih dari 87% anak Indonesia sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Imunisasi lengkap merupakan upaya kesehatan yang paling efektif dalam melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Dengan melengkapi lima imunisasi dasar pada anak, diharapkan seluruh anak Indonesia dapat terbebas dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
“Imunisasi tidak membutuhkan biaya besar, bahkan di Posyandu anak-anak mendapatkan imunisasi secara gratis”, ujar Menkes saat memberikan keterangan mengenai Pekan Imunisasi Dunia (PID) atau World Immmunization Week (WIW) kepada sejumlah media di sela-sela kegiatannya di Jakarta (18/4).
Menkes menyebutkan, ada 5 jenis vaksin yang diberikan secara gratis di Posyandu, yaitu vaksin Hepatitis B, BCG (mencegah TBC), Polio, DPT/HB (mencegah difteri, batuk rejan, tetanus dan Hepatitis B lanjutan), serta campak (mencegah penyakit campak).
Vaksin Hepatitis B diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah penularan Hepatitis B dari ibu ke anak pada proses kelahiran, karena tidak semua ibu tahu apakah dirinya terinfeksi Hepatitis B atau tidak. Hepatitis B dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
Vaksin BCG diberikan satu kali pada usia 1 bulan guna mencegah kuman tuberkulosis menyerang paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan.
Vaksin Polio diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan guna mencegah lumpuh layu. Sekali anak terkena lumpuh layu pada tungkai dan lengan, maka tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Bahkan kadang dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan yang menyebabkan kematian.
Vaksin Campak diberikan satu kali pada usia 9 bulan untuk mencegah penyakit campak berat yang dapat mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.
Vaksin DPT/HB diberikan 3 kali, pada usia 2, 3, dan 4 bulan guna mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia). Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan sulit bernafas.
Mulai Juli tahun ini, guna mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak dalam rangka pencapaian MDGs, pemerintah juga melakukan introduksi vaksin baru berupa vaksin pentavalent (DPT/HB/Hib) menggantikan vaksin DPT-HB. Vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) diberikan dalam vaksin kombinasi DPT/HB/Hib pada usia yang sama dengan pemberian vaksin DPT/HB. Vaksin ini berguna untuk mencegah penyebaran bakteri Hib di dalam darah (bakteriemia), infeksi saluran nafas berat (pneumonia), dan radang otak (meningitis).
Pada sidang World Health Assembly (WHA), telah disepakati bahwa minggu terakhir April merupakan Pekan Imunisasi Dunia (PID). Tahun ini, tema PID adalah “Protect Your World – Get Vaccinate”. Sementara itu, Indonesia mengusung tema “Imunisasi Lindungi Anak Indonesia dari Wabah, Kematian atau Kecacatan”. Hal ini bertujuan untuk mengajak seluruh komponen pemerintah, lembaga-lembaga swadaya non pemerintah, dunia usaha para profesi dan masyarakat agar bersama-sama merapatkan barisan untuk melindungi dunia dengan imunisasi.
Dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia 2013, program imunisasi akan berfokus untuk meningkatkan cakupan imunisasi dengan melakukan beberapa hal meliputi: Membuka pelayanan imunisasi di Puskesmas, RS dan unit pelayanan kesehatan lainnya (22-27 April 2013); Melengkapi imunisasi untuk anak-anak yang belum lengkap imunisasinya melalui kegiatan Drop Out Follow Up (DOFU); Mengadakan ceramah dan seminar di Kementerian Kesehatan dan di beberapa daerah (27 April 2013); Meningkatkan awareness masyarakat melalui media workshop; Mengadakan talkshow; dan Menggalakkan Iklan Layanan Masyarakat baik di tingkat nasional maupun daerah.
Program Imunisasi sudah terbukti berhasil mengeradikasi penyakit cacar di Indonesia sejak 1976 dan kasus polio liar sudah tidak pernah ditemukan lagi di Indonesia sejak 2006. Kematian akibat campak juga mengalami penurunan yang tajam, yaitu sebesar 87%, dari sekitar 10.300 kasus (2000) menjadi < 2.000 kasus (2012).Imunisasi juga berhasil menekan angka kematian ibu dan anak yang diakibatkan oleh tetanus menjadi kurang dari 1 per 1.000 kelahiran hidup.
Sejak tahun 1956, Indonesia telah memberikan imunisasi dalam rangka eradikasi cacar, BCG dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan teknologi semakin banyak ditemukan vaksin-vaksin yang dapat mencegah penyakit berbahaya yang menimbulkan wabah, kecacatan ataupun kematian, diantaranya yaitu penyakit tuberkulosis, polio, difteri, pertusis atau batuk rejan, tetanus, hepatitis, campak, pneumonia, meningitis dan lain-lain.
Sampai saat ini, baru sekitar 80% desa di Indonesia yang telah mencapai Universal Child Immunization (UCI) dari target 86,8%. Universal Child Immunization (UCI) adalah status dimana lebih dari 80% bayi di desa tersebut yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Strategi untuk mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia sejak 2010 lalu melalui suatu gerakan nasional yang dikenal dengan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI). Hal ini juga sejalan dengan kesepakatan Pemerintah Indonesia bersama dengan negara-negara Regional Asia Tenggara menjadikan tahun 2012 sebagai Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin atau Intensification of Routine Immunization (IRI).
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan e-mail [email protected].