Pada (24/5), Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, menjadi perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI pada Pertemuan World Health Assembly (WHA) Ke 66, di Jenewa Swiss.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Tjandra menjadi pembicara seputar Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dalam paparannya, Dirjen P2PL menyampaikan sebagian besar target proksi indikator Indonesia untuk MDG 5 yang sudah tercapai, akan tetapi mengenai angka kematian Ibu yang sudah turun dari 390/100.000 kelahiran hidup di tahun 1991 menjadi 228 (2007) memang belum mencapai target MDG sebesar 102/100.000. Selain itu, angka kematian bayi juga sudah mengalami penurunan dari 68 di tahun 1991 menjadi 32 di tahun 2012, itupun belum mencapai target MDG sebesar 23.
Data menunjukkan bahwa sekitar 50% kematian Ibu dan kematian balita terjadi di 5 propinsi, yang memang beda dengan jumlah penduduknya. The familly planning unmeet need juga sudah turun dari 12,7% di tahun 1991 menjadi 8,5% di tahun 2012, sementara target MDG adalah 5%, jelas Prof. Tjandra.
Lebih lanjut, Prof. Tjandra dalam presentasinya juga menjelaskan mengenai Program KIA dan penurunan angka kematian Ibu dan anak di Indonesia dimulai dengan Safe Motherhood (1990-2000), laluMaking Pregnancy Safer (2001-2010) dan dilanjutkan dengan percepatan MDG antara lain dengan Inpres 3/2010 dan pembuatan serta implementasi Roadmap MDG di pusat dan daerah.
Sementara itu, untuk kegiatan Pasca 2015 dibidang KIA ada 4 point, menurut Prof. Tjandra yaitu Pertemuan Botswana Maret 2013, bagaimana issue kesehatan akan masuk dalam agenda post 2015. Selanjutnya Pertemuan SEAR pada Maret 2013, gambaran umumnya yaitu “human well being and happyness” dan mengandung 4 pilar yaitu antara lain pembangunan sosio ekonomi, good governance,aspek lingkungan dan peran serta budaya dan masyarakat.
Lebih lanjut, mengenai High Level Panel (HLP) meeting on Post 2015, di Bali, terdapat lima area penting mengenai kerjasama internasional, lingkungan global, jaminan produksi dan konsumsi, cara implementasi yang baik serta data dan penilaian kemajuan program; dan terakhir topik penting yang di usulkan adalah antara lain melanjutkan MDGs yang belum selesai, penyakit tidak menular dan faktor risikonya untuk kehamilan, kesehatan reproduksi, kesehatan remaja, gizi dan penguatan sistem kesehatan, tambah Prof Tjandra.
Menurut Prof. Tjandra, pada pembicaraan Komite A di World Health Assembly Ke 66 juga dibahas tentang International Health Regulation (IHR 2005) dan kejadian infeksi virus korona di jazirah Arab. Dimana disepakati bahwa akan segera diberangkatkan tim gabungan WHO dan negara Arab untuk menilai situasi, baik secara umum maupun khusus menghadapi ibadah Haji tahun ini.
Pada hari yang sama, Prof. Tjandra juga mengunjungi markas GAVI (Global Alliance Vaccine Initiative) dan membicarakan tentang introduksi pentavalent di Indonesia dalam beberapa bulan ini, beserta pengalaman negara lain.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat e-mail [email protected].