Penyakit kanker dipandang oleh sebagian besar masyarakat sebagai penyakit yang menakutkan. Diagnosis penyakit kanker seringkali dianggap merupakan kutukan atau keturunan, membuat penderitanya merasa frustasi, lalu menyerah dan tidak terobati. Meskipun demikian, penyakit kanker sebenarnya seperti penyakit lainnya yang bisa dicegah, dikenali dan diobati.
Demikian pernyataan Direktur Pengandalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes pada Temu Media dalam rangka Hari Kanker Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta (4/2). Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari setiap tahunnya.
“Utamanya adalah bagaimana kita menghilangkan mitos tersebut. Karena mitos inilah yang menjadi kunci utama mengapa penyakit kanker yang sebetulnya bisa dicegah, dikenali dan diobati menjadi sulit di masyarakat”, ujar Dr. Ekowati.
Berikut ini adalah 4 mitos mengenai penyakit kanker yang perlu dihindari masyarakat:
Mitos 1: Kami tidak perlu bicara tentang kanker.
Sebagian masyarakat masih menganggap kanker adalah hal yang tabu dan menakutkan untuk dibicarakan. Anggapan tersebut menyebabkan penderita kanker masih mengalami diskriminasi dan stigma yang merugikan. Padahal, dengan mengerti kanker, kita dapat melakukan pencegahan dan membantu orang di sekitar kita untuk memahami penyakit tersebut.
Mitos 2: Kanker tidak Memiliki Tanda dan Gejala
Banyak orang menganggap kanker adalah sesuatu yang abstrak karena tidak memiliki tanda atau gejala. Penyakit kanker memang memiliki perjalanan penyakit yang panjang, namun dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus bertambah jenis kanker yang bisa dikenali secara dini. Pada hampir semua kanker terdapat tanda dan gejala awal yang khas yang bisa diketahui penderitanya dengan melakukan pemeriksaan atau deteksi dini.
Mitos 3: Tidak ada yang bisa saya lakukan untuk kanker.
Vonis kanker tak ubahnya hukuman mati bagi para penderitanya. Mitos ini biasanya muncul dari penderita kanker yang menyerah dan pasrah. Akibatnya, tidak timbul upaya maksimal untuk mencegah dan mengelola kanker. Kita dapat mencegah dan mengelola kanker dari level individu, komunitas, dan pembuat kebijakan. Dengan upaya maksimal kanker tentu bisa ditangani dengan baik.
Mitos 4: Saya tidak punya hak untuk perawatan kanker
Penderita kanker yang dihinggapi rasa takut dan menyerah seringkali tidak memaksimalkan upaya pengobatan. Padahal, upaya pengobatan harus dilakukan semaksimal mungkin untuk kesehatan pasien. Setiap orang berhak dan sejajar dalam upaya pengobatanan kanker. Upaya maksimal tentu berdampak positif bagi penderita. Penderita tidak boleh jatuh pada janji-janji sembarang pengobatan yang belum terbukti kualitas dan efek sampingnya (evidence base).
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi hotline Halo Kemkes