Untuk memajukan mutu pelayanan kedokteran di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan sejumlah fakultas kedokteran dan rumah sakit terkemuka di Indonesia mengembangkan jejaring riset kedokteran dengan nama “Indonesian Clinical Epidemiology and Evidence – Based Medicine ( ICE – EBM) Network”. Peresmian berdirinya jejaring riset ini dilakukan Dr. dr. Trihono, MSc Kepala Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan mewakili Menkes, Selasa ( 19/04 ) di Auditorium Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Kepala Badan Litbangkes mengatakan, berdirinya jejaring kerja ini disambut baik karena dunia kedokteran berkembang pesat dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kedokteran juga semakin canggih. “Kalau tidak diikuti perkembangannya, kualitas dokter dan kualitas pelayanan kedokteran di Indonesia bisa tertinggal dari negara – negara maju”, ujar dr. Trihono.
Kepala Badan Litbangkes menambahkan, kualitas dokter Indonesia sangat beragam. Hal itu terkait sarana, prasarana, kurikulum, dan SDM pengajar di masing – masing fakultas kedokteran berbeda – beda. Karena itu, kualitas pelayanan dokter di berbagai daerah juga berbeda – beda. Hal ini disebabkan ada dokter yang terus belajar sambil praktik tetapi ada juga dokter yang terus menerus praktik tapi lupa belajar.
“Dengan berdirinya ICE – EBM ini diharapkan membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM kesehatan dan pelayanan kedokteran di Indonesia”, ujar dr. Trihono.
Clinical Epidemiology merupakan cabang ilmu kedokteran dan kesehatan yang mempelajari kondisi kesehatan di masyarakat dan penerapan aspek – aspek yang berkaitan dengan kondisi tersebut di dalam klinik.
Sementara Evidence – Based Medicine adalah suatu alat atau pemahaman yang menjadi dasar dari kegiatan tatalaksana praktek kedokteran dimana setiap penerapan tatalaksana kedokteran terhadap pasien dan komunitas harus berlandaskan pada bukti ilmiah yang sahih dan mutakhir.
Ketua ICE – EBM terpilih 2011 – 2014, Prof. Dr. dr Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa saat ini fakultas kedokteran ( FK ) yang tergabung dalam keanggotaan ICE – EBM sebanyak 20 dari 70 FK negeri maupun swasta se-Indonesia. Diharapkan di waktu mendatang, semua FK bergabung menjadi anggota ICE – EBM. Dengan demikian, semua aktifitas siap untuk berkolaborasi.
“Area dalam jejaring ini ada 2 kelompok besar yaitu pendidikan pelatihan serta penelitian”, ujar Sudigdo.
Sementara Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, MMedSc, Phd dari FK UGM sebagai Board of Director ICE – EBM menambahkan bahwa dengan jejaring ini diharapkan adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, peningkatan mutu penelitian klinik, serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat khususnya di bidang kedokteran dan kesehatan dengan menggunakan bukti – bukti ilmiah ( evidences ).
Riset – riset yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 meliputi riset stem – cell, kajian penyakit infeksi dan tropis terbanyak seperti dengue, malaria, diare, HIV/AIDS, uji klinik dalam pengobatan dan vaksin, penyakit non infeksi seperti diabetes, kanker dan penyakit jantung, penilaian terhadap penerapan teknologi kedokteran, pencarian bukti – bukti ilmiah terbaik melalui Evidence – Based Medicine, peningkatan kesehatan ibu – anak, dan riset tentang sistem rujukan kesehatan berbasis elektronik.
Organisasi dewan penasehat ICE – EBM terdiri dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional, dan Menteri Riset dan Teknologi.