Beberapa waktu yang lalu, sebuah akun Facebook dengan nama Cuplikan Sedikit Otak mengangkat cerita mengenai seorang pemulung bernama Supriono yang menggendong mayat anaknya dari RSCM untuk dimakamkan di daerah Bogor. Cerita yang diangkat di akun Facebook ini sebenarnya merupakan cerita yang terjadi pada tahun 2005, tepatnya pada bulan Juni, dimana kejadian ini dimuat oleh beberapa Media seperti Kompas (7 Juni 2005) dan tabloid Nova (edisi No. 903, 13 Juni 2005). Namun demikian, cerita yang dimuat dalam akun Facebook tersebut telah terjadi perubahan dari kejadian sesungguhnya.
Adalah Supriono (42), pemulung asal Solok, Sumatera Barat yang hidup menggelandang di Jakarta sejak 1999. Putri bungsunya, Khairunisa (3) mendadak jatuh sakit. Supriono sempat membawa Khairunisa berobat ke Puskesmas Setiabudi, Jakarta Selatan. Dokter Puskesmas mengatakan bahwa putrinya menderita muntaber dan diberi obat berupa sirup dan tablet. Namun kondisi Khairunisa terus memburuk hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin, 6 Juni 2005.
Supriono pun panik. Ia tidak tahu dimana jasad putrinya tersebut harus dimakamkan. Di saat seperti itu, ia teringat akan seorang temannya, Dasmin, yang ada di Bogor. Dengan maksud meminta bantuan kepada Dasmin di Bogor, Supriono membawa jenazah Khairunisa dengan gerobak menuju Stasiun Tebet ditemani putra sulungnya, Muriski Saleh (7). Sambil menunggu kereta datang, Supriono hanya menutupi wajah Khairunisa dengan kaus, sedangkan kakinya dibiarkan terbuka. Ketika kereta datang dan Supriono sudah bersiap akan naik ke dalam kereta dengan menggendong jenazah putrinya, seorang pedagang minuman mencegatnya dan menduga bahwa putri yang ia gendong tersebut sudah meninggal. Supriono mengiyakan dan menjawab bahwa ia akan ke Bogor untuk memakamkan putrinya tersebut. Beberapa orang di stasiun pun meminta ia untuk ke kantor polisi terdekat. Ia pun mengikuti anjuran tersebut.
Supriono menunggu pemeriksaan di Mapolsek Tebet, sementara jenazah Khairunisa dititipkan di Puskesmas Tebet. Petugas setempat mengatakan bahwa jenazah Khairunisa harus dibawa ke RSCM. Polisi pun memesan mobil jenazah yang akan membawa jasad Khairunisa menuju RSCM. Sesampainya di RSCM, petugas meminta agar jenazah di otopsi, Supriono keberatan karena ia sudah mengetahui sumber kematian putrinya tersebut. Petugas pun meminta Supriono untuk menandatangani surat penolakan otopsi. Sementara itu, petugas kamar jenazah menanyakan apakah Supriono akan membawa pulang Khairunisa dengan mobil ambulans atau membawanya sendiri. Karena Supriono tidak memiliki uang, maka ia memutuskan untuk membawa putrinya sendiri. Waktu pun semakin larut, Supriono mengurungkan niatnya untuk ke Bogor karena waktu yang tidak memungkinkan. Ditengah keputusasaannya, ia teringat kepada pemilik kos, Ibu Sri, dimana ia dulu pernah tinggal. Ia pun memutuskan untuk menuju rumah Ibu Sri di Jl. Manggarai Utara VI. Sesampainya disana, ia menceritakan kondisinya yang sebenarnya. Mengetahui hal tersebut, Ibu Sri meminta bantuan kepada tetangganya dan Khairunisa pun dimakamkan di TPU Menteng Pulo, keesokan harinya.
Kisah tersebut adalah penggalan cerita yang diperoleh dari Tabloid Nova, edisi No. 903- 13 Juni 2005, yang telah diringkas tanpa mengurangi nilai dari cerita tersebut. Untuk mengetahui cerita lengkapnya, dapat diakses melalui https://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=8900
Penyebaran berita tentang Supriono dengan perubahan inti cerita juga pernah terjadi pada awal Juni 2011 di beberapa situs, baik blog pribadi maupun forum diskusi seperti Kaskus dan Kompasiana.
Menanggapi berita yang beredar melalui Kompasiana, pihak RSCM telah memberikan klarifikasi kepada pihak Kompasiana perihal kejadian yang sesungguhnya.
Klarifikasi yang diberikan antara lain :
– Kejadian seorang Bapak bernama Supriono adalah seorang pemulung yang menggendong jenazah anak Nur Hairunnisah umur 3 tahun terjadi pada tanggal 5 Juni 2005, pukul 15.20. Dari data arsip jenazah, RSCM tidak melakukan otopsi karena keluarga menolak dan dibawa pulang pada pukul 15.40 WIB.
– Karena RSCM tidak mempunyai pelayanan mobil jenazah, maka para tenaga kesehatan telah mencoba mengumpulkan dana secara sukarela untuk membantu bapak Supriono menyewa kereta jenazah.
Atas klarifikasi yang diberikan dan juga terbukti bahwa tulisan tersebut tidak ditulis sendiri oleh penulisnya, maka administrator Kompasiana telah menarik tulisan tersebut.
RSCM adalah RS Pemerintah Pusat yang ditunjuk sebagai salah satu pusat rujukan yang melayani pasien tidak mampu dengan berbagai pelayanan yang dimilikinya, baik dari pelayanan spesialistik maupun sub spesialistik.
Pemerintah mempunyai komitmen yang tinggi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu. Diantaranya ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas tempat tidur kelas III yang dimiliki oleh RSCM. Saat ini tersedia 1.001 tempat tidur kelas III yang selalu terisi penuh oleh pasien yang dikirim baik dari daerah maupun Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, RSCM juga mendirikan pemondokan (rumah singgah) yang diperuntukkan bagi pasien atau keluarga pasien yang terkatung-katung atau terlantar, dengan kapasitas 83 kamar.
Pada era keterbukaan informasi dan perkembangan teknologi yang terus terjadi saat ini membuat kita memiliki kebebasan dalam memilih serta mencerna informasi yang tersedia. Namun demikian, agar mendapat data yang valid dan akurat, akan lebih baik jika kita bersikap bijak dan kritis, tidak mudah percaya begitu saja dengan informasi yang tersedia.