Sehat Negeriku
No Result
View All Result
Jumat, 27/01/2023
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Blog Sehat
  • Mediakom
Langganan Newsletter
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Blog Sehat
  • Mediakom
No Result
View All Result
Sehat Negeriku
No Result
View All Result

Kerja Sama Multisektoral Sangat Dibutuhkan dalam Penanggulangan Flu Burung dan Pencegahan Pandemi

Rokom by Rokom
29 Mei 2012
Reading Time: 4 mins read
A A
0
blank
Bagikan di FacebookBagikan di WhatsappBagikan di Line

Flu Burung (FB) pada manusia adalah penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan pandemik. Sejak dilaporkan pertama kali pada Juli 2005, jumlah kumulatif kasus FB mencapai 189 dengan 157 kematian. Sementara itu, selama Januari – Mei 2012, jumlah kasus FB yang dilaporkan sebanyak 6 kasus dengan 6 kematian. Tahun ini, provinsi Bengkulu dan NTB melaporkan adanya kasus FB pada manusia.blank

Demikian disampaikan Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kemenkes RI, dr. Rita Kusriastuti, MSc, dalam presentasinya pada kegiatan Diseminasi Hasil Pembelajaran Implementing The National Strategic Plan for Avian Influenza (INSPAI) in Framework for Pandemic Preparedness, Senin (28/5/12). Hadir dalam kegiatan tersebut, perwakilan WHO Indonesia, dr. Graham Tallis; perwakilan Uni Eropa, Colin Crooks; Sekretaris Komisi Nasional Zoonosis, dr. Emil Agustiono; para Pejabat Eselon II Kemenkes RI, serta undangan yang merupakan perwakilan dari Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah, juga para dokter klinik swasta dari berbagai Provinsi di Indonesia.

Menurut dr. Rita, kontak langsung dengan unggas sakit/mati merupakan faktor risiko terbesar penularan FB (45%), namun saat ini kontak tidak langsung atau kontak dengan lingkungan (41%) yang tercemar virus FBjuga perlu menjadi perhatian.

“Kontak tidak langsung dapat terjadi di pasar tradisional, pasar unggas, lingkungan pemukiman dimana pernah terjadi kematian unggas akibat avian influenza (AI), pemakai pupuk kandang yang berasal dari kotoran unggas, lingkungan yang tercemar akibat transportasi unggas atau pembuangan unggas mati yang tidak pada tempatnya”, tambah dr. Rita Kusriastuti.

Dalam presentasinya dr. Rita menyatakan, guna mengantisipasi potensi pandemik FB, Indonesia telah mengembangkan 10 Rencana Strategis Nasional Flu Burung (FB). Kesepuluh strategi tersebut, yaitu Pengendalian highly pathogenic avian influenza (HPAI) pada hewan; Manajemen kasus FB pada manusia, Perlindungan kelompok risiko tinggi; Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia; Restrukturisasi sistem industri perunggasan; Komunikasi risiko, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat; Penguatan dukungan peraturan; Peningkatan kapasitas; Penelitian kaji tindak; serta Monitoring dan evaluasi.

Lebih lanjut dr. Rita menjelaskan, Uni Eropa mendukung Indonesia dalam melaksanakan rencana strategis nasional untuk FB selama kurun waktu 2007-2011 melalui Program Implementing the National Strategic Plan for Avian Influenza (INSPAI) dengan berfokus pada penguatan manajemen kasus dan pengendalian infeksi, surveilans, progrblankam pasar sehat dan komunikasi risiko, serta meningkatkan pemahaman tentang FB melalui penelitian.

Keberhasilan program INSPAI pengembangan 10 ruang isolasi tekanan negatif di 10 RS rujukan FB di Indonesia; program beasiswa Field Epidemiology Training Programme (FETP) bagi 73 petugas kesehatan; percontohan pasar sehat atau Health Food Market (HFM) di 10 lokasi, peningkatan kapasitas melalui pelatihan deteksi dini kasus flu burung bagi 14.500 tenaga kesehatan; pelatihan penanganan kejadian luar biasa bagi 200 petugas surveilans; dan pembiayaan 12 proyek penelitian memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman epidemiologi, spektrum klinis dan molekul genetik virus H5N1.

Perwakilan WHO Indonesia, dr. Graham Tallis mengatakan, Konferensi Internasional yang membahas tentang permasalahan Flu Burung dan Pandemi pernah diselenggarakan pada Desember 2007 di New Delhi. Konferensi tersebut menyepakati bahwa diperlukan pemahaman yang lebih baik mengenai penyebab munculnya dan penyebaran penyakit menular berdasarkan prinsip perspektif “One World, One Health” (OWOH) yang saat ini dikenal dengan sebutan ”One Health”. Sebagai tindak lanjut dari Konferensi New Delhi tersebut, World Health Organizblankation (WHO), World Organization for Animal Health (OIE), Food and Agriculture Organization (FAO) mengembangkan kerangka kerja strategis berfokus pada human-animal-ecosystem interface.

“Tahun ini, jumlah kasus FB di Indonesia bukan yang terbesar, tetapi angka kematian atau case fatality rate FB di Indonesia yang tertinggi”, kata dr. Graham Tallis.

Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Komisi Nasional Zoonosis, Emil Agustiono, MD, MPH mengatakan bahwa dampak pandemi influenza belum dipahami oleh semua pihak, terutama pihak-pihak di sektor non-kesehatan.

“Masalah FB merupakan masalah multisektoral, sehingga penyelesaiannya pun harus dipikirkan bersama-sama. Yang harus diantisipasi adalah, kecepatan virus AI untuk meyebar, lebih cepat dari kecepatan menyusun regulasi”, ujar Emil Agustiono.

 

Sementara itu, perwakilan Uni Eropa, Colin Crooks menyatakan keprihatinannya terhadap kasus FB di Inblankdonesia. Colin juga menyatakan bahwa dukungan Uni Eropa dalam program penanggulangan FB di Indonesia adalah untuk menurunkan potensi Indonesia menjadi hotspot pandemi influenza di dunia.

Menjawab pertanyaan media, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), dr. Rita Kusriastuti, M.Sc. menyatakan meskipun jumlah kasus FB di Indonesia berkurang, tetapi tetap harus siaga.

“Meskipun tidak ada kasus, sejumlah 100 RS rujukan flu burung yang tersebar di seluruh Indonesia tetap harus siaga. Bufferstock oseltmivir juga tersedia untuk dua tahun”, kata dr. Rita.

Selain itu, dr. Rita juga menjelaskan bahwa oseltamivir tetap didistribusikan kepada Puskesmas dan rumah sakit yang berada di sekitar distrik yang pernah melaporkan kasus FB.

“Hal ini merupakan bentuk kesiapsiagaan dari Kemenkes untuk meminimalisasi dampak kejadian kasus FB”, terang dr. Rita.

Pada kesempatan yang sama, dr. Rita juga mengharapkan bantuan Dinas Kesehatan dan pelayanan kesehatan di daerah terkait pemantauan tanggal kadaluarsa oseltamivir, pelaporan jumlah yang terpakai, dan pemusnahan oseltamivir yang telah kadaluarsa.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 500-567 dan 081281562620 (sms), atau e-mail kontak@depkes.go.id

ShareSendShare
Rokom

Rokom

Redaksi Sehat Negeriku

Informasi Terkait

blank

Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%

25 Januari 2023
blank

Cegah Stunting Pada Anak Dengan Protein Hewani

25 Januari 2023
blank

Masyarakat Diminta Segera Booster Kedua COVID-19

25 Januari 2023
blank

Protein Hewani Efektif Cegah Anak Alami Stunting

21 Januari 2023
blank

HGN 63: Protein Hewani Cegah Stunting

21 Januari 2023
blank

Waspada, Campak jadi Komplikasi Sebabkan Penyakit Berat

20 Januari 2023
Next Post
blank

Kerjasama Internasional Diperlukan dalam Penanggulangan Penyakit Infeksi

blank

Diseminasi Hasil Pembelajaran (INSPAI)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tweet oleh @KemenkesRI
Berita Utama

Indonesia Sampaikan Kesiapan Kolaborasi dalam Pembahasan Isu Kesehatan Presidensi G20 Tahun 2022

13 September 2021
Berita Utama

Kemenkes Tingkatkan Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut Yang Aman Dari Penularan COVID-19

12 September 2021
Berita Utama

Wamenkes Dante Minta Masyarakat Waspadai Lonjakan Kasus COVID-19

11 September 2021
Berita Utama

Belajar dari Pandemi COVID-19, Menkes Ingatkan Pentingnya Perencanaan Pembangunan yang Memperhatikan Aspek Kesehatan dan Lingkungan

11 September 2021

Rekomendasi Artikel

blank

Sertifikat Vaksin & Data Bermasalah? Ini Solusinya

14 Agustus 2021
blank

Terlambat Vaksinasi COVID-19 Dosis Kedua Tidak Akan Pengaruhi Efektivitas Vaksin

3 Agustus 2021
blank

Kemenkes Tegaskan Vaksin Moderna Hanya untuk Booster Nakes dan Publik yang Belum Pernah Menerima Vaksin COVID-19

13 Agustus 2021

Berita Populer

  • blank

    Penerima Vaksinasi COVID-19 dapat Registrasi via WA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vaksin COVID-19 Merek Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Novavax Tidak Dapat Dipergunakan untuk Vaksinasi Gotong Royong

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemerintah Tetapkan Batasan Tarif Pemeriksaan Rapid Test Antigen-Swab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vaksin AstraZeneca Aman, Penghentian Sementara Hanya Pada Kelompok CTMAV547

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Virus Corona Varian Baru B.117, B.1351, B.1617 Sudah Ada di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Sehat Negeriku

Sehat Negeriku adalah kanal berbagi informasi tentang kegiatan Kementerian Kesehatan, baik berupa rilis yang dikeluarkan Kemenkes, dokumentasi foto dan video, maupun tulisan ringan seputar info-info kesehatan.

Jejaring Website Terkait

  • Kementerian Kesehatan RI
  • Biro Komyanmas

Informasi Lainnya

  • Tentang Sehat Negeriku
  • Peta Situs
blank
Infografis

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

31 Mei 2019
blank
Infografis

Lebaran Sehat

19 Februari 2019
blank
Infografis

Mudik Sehat dan Aman

19 Februari 2019
blank
Infografis

Lansia Indonesia

19 Februari 2019
blank
Infografis

Sahur Sehat

19 Februari 2019

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Rilis Sehat
  • Foto Sehat
  • Video Sehat
  • Infografis
  • Komik Sehat
  • Blog Sehat
  • Mediakom
Langganan Newsletter

© 2021 Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI.