Menkes Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) membuka Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) ke-15 dan Temu Ilmiah Ahli Gizi Indonesia di Yogyakarta (26/11). Acara ini mengangkat tema Penguatan Peran Profesi Gizi untuk Mendukung Pemerintah dalam Mencegah Masalah Stunting dan Penyakit Degeneratif di Indonesia.
Menkes menyatalah, bahwa salah satu masalah kesehatan masyarakat saat ini adalah stunting yang angkanya 37,2% dari seluruh Balita di Indonesia. Demikian pula dengan penyakit degeneratif yang cenderung semakin meningkat dalam 10 tahun terakhir.
Secara nominal, jumlah Balita stunting di Indonesia mencapai 8,8 juta jiwa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, anak-anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting mempunyai potensi tiga kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya, serta mempunyai umur harapan hidup (UHH) yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dengan berat badan dan tinggi badan normal.
“Tentu ini akan menjadi beban secara ekonomi bukan hanya bagi dirinya namun juga bagi Negara”, kata Menkes.
Menkes menyatakan, di Indonesia masalah gizi terjadi hampir di semua golongan umur sesuai siklus kehidupan. Hasil Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) sebesar 10,2 persen. Besar kemungkinan, kejadian BBLR diawali berasal dari ibu yang hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia, dan usia hamil yang terlalu dini (15-19 tahun). Ibu yang masih muda atau menikah di usia remaja 15-19 tahun cenderung melahirkan anak berpotensi pendek dibanding ibu yang menikah pada usia 20 tahun ke atas.
Pada anak usia sekolah diketahui 31-35% tergolong pendek dan 8,9-10,1% kurus. Remaja dan usia produktif yang menderita anemia sebesar 17-18% sedangkan yang Kurang Energi Kronik (KEK) pada usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun masing-masing sebesar 46% dan 31%. Pada golongan lanjut usia, dihadapkan pada meningkatnya masalah gizi lebih, anemia dan penyakit tidak menular.
Pada kesempatan tersebut Menkes berharap kepada para pengurus dan anggota Persagi untuk 1) Mau dan mampu bertindak sebagai agen perubahan sehingga dapat memberi kontribusi nyata terhadap upaya perbaikan gizi; baik intervensi spesifik maupun sensitif; 2) Menghasilkan produk ilmiah yang inovatif yang sesuai perkembangan IPTEK dan kearifan lokal yang ada di masyarakat dalam upaya mempercepat perbaikan gizi;3) Memberikan masukan/kritikan yang konstruktif dan solusinya, berdasarkan hasil pengalaman di lapangan, riset terhadap berbagai dampak pembangunan kesehatan khususnya bidang gizi; 4) Meningkatkan professional dalam pelayanan gizi baik untuk perorangan maupun masyarakat dan mencegah timbulnya mal praktik gizi; serta 5) Mau dan mampu berkerjasama dengan semua profesi kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat;
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline