Bandung, 28 September 2015
Pada musim haji tahun ini, di Arab Saudi sedang terjadi peningkatan kasus MERS CoV. Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan kemungkinan penularannya dapat melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin. Virus ini pun dapat menular secara tidak langsung melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
“Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia, dan pengobatan yang bersifat spesifik belum ada, sehingga pengobatan yang dilakukan tergantung dari kondisi pasien”, kata Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra dr. Wiendra Woworuntu pada acara Table Top Exercise Kesiapsiagaan Kasus MERS-COV pada Jamaah Haji yang Baru Pulang dari Arab Saudi, di Bandung (28/9). Hadir pada acara ini Walikota Bandung, Komandan Distrik Militer 0618/BS Bandung, Kapolrestabes Bandung Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Para Kepala Dinas Instansi Kabupaten/Kota se Jawa Barat, Para Direktur RS di Kota Bandung.
MERS – CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di Arab Saudi. MERS-CoV merupakan virus jenis baru dari kelompok corona virus (novel corona virus), namun berbeda dengan virus SARS pada tahun 2003. Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit ko-morbid/penyerta. Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-14 hari. Virus MERS-CoV dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia di komunitas yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat secara langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin, maupun tidak langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
“Pemerintah terus mensosialisasikan upaya pencegahan penularan, diantaranya dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cuci tangan pakai sabun/antiseptik, menghindari kontak erat dengan penderita/hewan penular, menggunakan masker, dan mengkonsumsi makanan & minuman yang dimasak dengan baik”, tambaj Wiendra.
Menurut data WHO jumlah kasus sampai 25 September 2015 sejak sejak November 2012 berjumlah 1.570 kasus, 555 kematian (CFR: 35,3%). Wilayah/area (negara) terjangkit meliputi 26 negara. Sejauh ini belum ada WNI yang positif terinfeksi MERS-CoV dan dirawat (berada) di Indonesia. Direktur Jenderal WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee concerning MERS-CoV menyatakan bahwa : MERS- CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian besar, namun belum terjadi kejadian darurat kesehatan masyarakat / PHEIC.
Strategi kesiapsiagaan antisipasi penyebaran MERS-CoV ke Indonesia dilaksanakan melalui penguatan koordinasi lintas program dan lintas sektor, advokasi dan sosialisasi, surveilans di pintu masuk ke Indonesia, Surveilans di Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rumah Sakit, Penguatan jejaring laboratorium, Komunikasi Risiko /KIE, penguatan kapasitas, tata laksana kasus dan Pengendalian Infeksi dan Peningkatan pemantauan di pintu masuk negara (bandara, pelabuhan dan PLBDN).
Sementara itu, khusus untuk jamaah haji dan umroh tahun 2015, saat keberangkatan dilakukan penyuluhan tentang kewaspadaan MERS CoV kepada jemaah; memberikan pelatihan/pembekalan tentang penanggulangan MERS CoV kepada Petugas kesehatan (TKHI dan embarkasi) dan Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Embarkasi / Debarkasi Haji (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Rumah Sakit, Laboratorium.
Sedangkan untuk kepulangan jemaah dilakukan pengawasan kepulangan jemaah haji di bandara dan asrama haji debarkasi, dan bagi Jamaah Haji: melakukan pemantauan terhadap K3JH (Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji) bersama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas, sedangkan bagi Jamaah Umroh: diberikan kartu kewaspadaan kesehatan/ health alert card (HAC).
Table Top Exercise hari ini dilaksanakan untuk meningkatkan antisipasi kasus MERS CoV pada tahap kepulangan jemaah haji khususnya di Provinsi Jawa Barat. “Melalui table top ini kita menguji kesiapan aparat di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat baik lintas sektor maupun lintas program akan risiko penularan MERS CoV pasca kepulangan jamaah haji dalam beberapa skenario, baik melalui jamaah yang terjangkit dan terdeteksi di pintu masuk, maupun yang terdeteksi di wilayah yang ditemukan baik oleh Dinkes maupun terdeteksi oleh Rumah Sakit”, jelas Wiendra.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.