Pembangunan kesehatan harus dilihat secara holistik dalam siklus hidup seseorang, di dalam spektrum continuum of care. Dimulai dari saat kelahiran, anak di bawah 5 tahun (Balita), remaja, dewasa muda, dewasa dan pada akhirnya seseorang di masa tua. Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, maka upaya tersebut diselenggrarakan secara terintegrasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, hingga evaluasinya. Sasarannya pun difokuskan kepada keluarga, dengan dihidupkan kembali pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga bertujuan untuk mengubah perilaku keluarga dan masyarakat khususnya dalam pengenalan diri terhadap risiko penyakit. Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan integrasi antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
“Pendekatan keluarga diharapkan dapat meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif”, ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2016 di salah satu auditorium pertemuan di kawasan Jakarta Selatan, Kamis pagi (31/3).
Rakerkesnas merupakan pertemuan tahunan stakeholder bidang kesehatan. Rakerkesnas 2016 mengusung tema “Keluarga Sehat Pilar Utama Bangsa yang Kuat”. Penyelenggaraan Rakerkesnas tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena diselenggarakan hanya di Jakarta dalam 2 gelombang, yakni:
- Gelombang I diselenggarakan pada 29-31 Maret 2016 yang dihadiri oleh 1.012 peserta yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, RS, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, NTB, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua Barat.
- Gelombang II diselenggarakan pada 4-6 April 2016 yang dihadiri oleh 1.005 peserta yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, RS, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di wilayah DI Aceh, Riau, Sumsel, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, NTT, Maluku Utara, dan Papua.
Pada kegiatan pembukaan tersebut, dilaksanakan serangkaian kegiatan antara lain:
- Penyematan Atribut sebagai tanda dimulainya pelaksanaan Riset Kesehatan Nasional 2016 yang akan dilakukan di 34 Provinsi di Indonesia, yaitu Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) pada Mei 2016 dan Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) untuk deteksi dini Tumor Payudara dan Lesi Pra Kanker Serviks pada Juli 2016.
- Penyerahan 3 Jenis Teknologi Tepat Guna (TTG) oleh Menteri Kesehatan kepada perwakilan 3 Provinsi, yaitu: Penjernih air keruh yang dapat digunakan saat bencana banjir dan kekeringan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; Alat Pengolah Udara yang dapat digunakan saat bencana asap kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan; dan Alat Pengendali Vektor penyakit DBD yang terdiri dari pengusir nyamuk, perangkap nyamuk dewasa dengan umpan serta perangkap larva, kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten.
- Penyerahan Lulusan Program Pendidikan Dokter dan Dokter Gigi Spesialis (PPDS dan PPDGS) kepada daerah. Program pendidikan PPDS dan PPDGS telah dimulai sejak tahun 2008, hingga kini jumlah peserta mencapai 6.298 orang, sedangkan jumlah lulusan yang sudah dihasilkan sebanyak 2.224 orang.
- Pembukaan Pameran bertema “Promotif dan Preventif dalam Mendukung Pelaksanaan Keluarga Sehat” diikuti oleh 16 Provinsi dan 27 peserta pusat.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email [email protected].