Jakarta, 7 Maret 2017
Perilaku pola asuh dan pengetahuan menjadi hal yang selalu disoroti oleh Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengingat masih adanya masalah kekurangan gizi di Indonesia. Karena itu, pola asuh menjadi hal utama untuk melakukan perbaikan gizi.
“Jadi pola asuh ini menentukan kualitas gizi seseorang,” kata Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek saat menjadi pembicara pada Ngobrol Tempo tentang Pentinganya Kerjasama Stakeholder untuk Perbaikan Gizi Indonesia di Menara Paninsula, Jakarta (7/3).
Sejalan dengan Presiden Joko Widodo, Menkes yang saat itu didampingi Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes dr. Anung Sugihantono, M.Kes dan Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Ir. Doddy Izwardy, MA menjelaskan nawacita Presiden adalah ingin membuat SDM yang berkualitas. Artinya keadilan pemerataan harus secepatnya dilakukan. Pola asuh menjadi hal mendasar untuk perbaikan gizi agar membentuk SDM yang berkualitas.
“Kita perlu SDM yang berkualitas dan mengubah karakter bangsa. Ini sudah ada revolusi karakter bangsa,” jelas Menkes Nila Moeloek.
Selain itu, kelebihan gizi pada anak-anak menjadi beban ganda. Akibatnya rawan terjadi penyakit tidak menular seperti diabetes, ginjal, hipertensi, dan sakit jantung. Pengetahuan tentang pola asuh terutama untuk masyarakat kelas menengah ke bawah, dirasa kurang.
“Saya akui ketika ke perbatasan Atambua dengan pak Pesiden membagi makanan tambahan kelihatan anaknya kurang gizi. Sekarang ada lagi di NTT, ibu-ibu itu tidak menyusui anaknya sampai 73 persenan. Dari situ kita harus mengedukasi masyarakat,” kata Menkes.
Melakukan perbaikan gizi, perlu adanya kerjasama antar stakeholder dan kesadaran dari masyarakat. Kerjasama tersebut sangat diperlukan.
Butuh Kerjasama Stakeholder untuk Mengatasi Gizi
Salah satu hal yang penting dibicarakan soal pembangunan adalah gizi. Dalam 5 aspek pembangunan diantaranya memastikan manusia hidup setara, pengurangan kemiskinan, dan kesejahteraan yang harus dinikmati semua pihak, poin terakhir yakni, adanya kerjasama antara Pemerintah dengan semua pihak.
“Ada Pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah harus mengatur supaya pelayanan pada masyarakatnya berjalan baik. Industrinya memfasilitasi dengan baik sehingga industri berkembang,” kata Pengamat Publik Agus Pambagio.
Tiga elemen (pemerintah, industri dan masyarakat) tambah Agus, harus dibuatkan kebijakan oleh pemerintah sebagai regulator agar bisa berjalan dengan baik sehingga negara bisa sejahtera. Tidak hanya pemerintah yang membuat kebijakan, tapi masyarakat butuh mengubah pola pikir mengenai bagaimana tiga elemen itu berjalan dengan baik sehingga pemerintah juga tidak terlalu sulit, tidak terlalu banyak tantangan dari industri.
“Jadi kalau ditanya regulasi, saya berharap bu MK (Menteri Kesehatan) di Kementerian Kesehatan ada pengkajian soal kebijakan. Sektoral harus lebih aktif mengkaji soal kebijakan,” kata Agus.
Gizi Sangat Diperlukan
Menkes Nila Moeloek mengingatkan tentang alasan diperlukannya gizi. Pertama, saat hamil, ibu harus cukup gizi dan stimulasi untuk membentuk otak anak menjadi besar, tapi isinya (neron) nya juga perlu. Kemudian neron saling berkomunikasi
“Ibu harus bayangkan sampai seperti komputer. Kita punya chip, chip-nya saling berkomunikasi itu dibantu oleh gizi dan stimulasi,” kata Menkes Nila Moeloek.
Kedua, stimulasi adalah seperti dari sentuhan dan suara berupa lagu. Itu diperlukan.
Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Netti Herawati yang hadir dalam acara yang sama mengatakan berdasarkan Permendikbud, standar setiap guru adalah memiliki pengetahuan tentang gizi.
“Dari 1.141 orang guru yang kami uji kompetensinya di seluruh kabupaten/kota di Riau. Hanya 69 guru yang kompetensinya dengan nilai 60. Bagaimana mungkin kita mendidik orang untuk memahami gizi sementara para pendidiknya tidak. Dari uji kompetensi itu, hasilnya hanya 34,2 sampai 44,6 persen kompetensi pendidik dari semua kompetensi yang kita tetapkan,” kata Netti.
Kerjasama antar stakeholder ada banyak sekali yang dapat dilakukan, terutama Kemenkes bagaimana supaya penangan gizi yang di akar rumput itu bisa tersampaikan. Leadership sudah baik, maka kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567,SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.