Jakarta, 15 Juni 2017
Tantangan dan dinamika penyelenggaraan haji selalu terjadi setiap tahunnya. Tahun ini potensi dinamika itu sudah terlihat dari sisi jemaah dan petugas haji. Diantara penyebabnya yaitu bertambah 31 % kuota jemaah haji Indonesia. Sebelumnya kuota jemaah haji 168 ribu, tahun ini menjadi 221 ribu jemaah.
Hal ini disampaikan Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama, Sri Ilham Lubis kepada peserta pembekalan petugas haji Arab Saudi, 15 Juni 2017, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
Selanjutnya dari sisi petugas haji hanya bertambah 13 %. Pertambahan kuota jemaah haji tak sebanding dengan tambahan kuota petugas haji. Sekalipun demikian, secera keseluruhan petugas haji non kloter, khususnya Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), berkurang. Karena penambahan petugas haji untuk memenuhi petugas kloter yang bertambah 120 kloter atau 52.200 jemaah haji. Disisi lain, 75% petugas haji belum pernah bertugas dan 98% petugas belum pernah berhaji. Bisa jadi akan terjadi petugas haji dan jemaah haji akan sama sama bingung.
“Potensi masalah akan muncul, karena petugas dan jemaah haji sama sama bingung, karena belum punya pengalaman berhaji atau petugas haji”, jelas Sri Ilham Lubis.
Selain itu, perlu mencermati 3 titik kritis yang akan terjadi kepada jemaah haji. Pertama, 10 hari kedatangan jemaah haji. Masa ini banyak jemaah yang bingung dan kesulitan menyesuaikan diri dengan kondisi setempat. Termasuk kebingungan dalam melaksanakan ibadah di Arab Saudi.
Kedua, masa Armina. Saat kegiatan wukuf dan melontar jumroh di Mina. Saat itu terjadi bertumpuknya jemaah haji dan mobilitas jemaah dalam satu waktu dalam satu tempat. Selain itu juga ditambah suhu udara yang sangat panas, diperkirakan di atas 40 derajat celcius.
Ketiga, 10 hari kepulangan jemaah. Masa ini jemaah sudah selesai menyelesaikan ibadah haji. Kondisi jemaah sudah dalam keadaan kelelahan dan penyakit mulai kabuh. Saat itu banyak jemaah haji yang jatuh sakit.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Dr.dr. Eka Jusup Singka,MSc untuk mengantisipasi situasi kritis di atas, Kementerian Keswhatan melakukan penguatan pada promotif dan preventif dengan
tetap melakukan kuratif dan rehabilitatif, mobilisasi PPIH Bidang Kesehatan dan TKHI
mengikuti pola pergerakan jemaah haji, mobilisasi total tenaga kesehatan di
Musdalifah, Arafah dan Mina dan penguatan sistem informasi dan komunikasi
antar daker, integrasi tim PPIH dengan tim pendukung, serta perlindungan dan evakuasi tanazul jemaah
haji.
Menurutnya, dengan model penguatan dan mobilisasi tenaga kesehatan, mereka dapat bekerja melayani jemaah haji secara efektif dan efisien.
Mereka segera menangani jemaah yang sakit dan mencegah timbulnya sakit karena berbagai sebab kelelahan dan faktor lingkungan yang kurang bersabat, seperti suhu udara yang tinggi di Arab Saudi.
“Sekalipun tenaga kesehatan berkurang, tapi tetap optimal dalam melayani jemaah haji di Arab Saudi”, ujar Eka.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH