Minahasa Utara, 18 Oktober 2017
Namanya Desa Pinilih, terletak kecamatan Dimembe Minahasa Utara memiliki dua keunikan. Pertama, seluruh masyarakatnya telah berhasil menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) untuk mencegah penyakit menular. Selain itu, hampir seluruh pekarangan rumah masyarakat di Desa Pinilih gemar menanam tanaman obat bahkan mengonsumsinya untuk tetap menjaga kebugaran dan mencegah penyakit tidak menular.
Desa Sehat Stop BAB Sembarangan
Pada tahun 2014, di Desa Pinilih Kecamatan Dimembe masih ada 58 KK yang masih memiliki kebiasaan BAB Sembarangan namun kini tidak ada satupun anggota keluarga yang BAB sembarangan.
“Kebiasaan tidak sehat BAB sembarangan bisa menyebabkan penyakit Diare, Tifoid, dan gizi buruk”, ujar Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI, dr. Imran Agus Nurali, SpOK, kepada sejumlah media dalam kunjungannya ke Desa Pinilih, Kamis petang (19/10).
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa Kementerian Kesehatan terus mengkampanyekan lima pilar sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), yaitu: Stop Buang Air Besar; Sembarangan (Stop BABS); Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS); Pengelolaan Air Minum-Makanan Rumah Tangga (PAMM RT); Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS RT); Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC RT).
“Diharapkan Desa Pinilih dapat mempertahankan perilaku sehat yang kini telah menjadi budaya, melaksanakan pilar STBM lainnya. Kalau lima pilar STBM berjalan, penyakit menular akan hilang. Tugas lainnya (bagi Desa Pinilih) semoga bisa menularkan kebiasaan baik dan sehat ini kepada desa tetangga”, imbuhnya.
Desa Wisata Tanaman Obat Keluarga
Masyarakat desa Pinilih secara mandiri dan turun temurun membudidayakan tanaman obat dan rutin mengonsumsi untuk menjaga kebugaran. Bahkan sebagian besar masyarakat di desa tersebut percaya bahwa bantak tanaman yang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit.
“Berdasarkan info/data dari Puskesmas kita lihat kecil sekali yang berobat. Karena mereka mengunakan tanaman obat keluarga”, tutur Kepala Dinas Kabupaten Minahasa Utara, dr Rossa Tidajoh.
Hal itu dibenarkan pula oleh sekretaris desa Pinilih, Nelce Elisabeth Tumbel, bahwa untuk penyakit-penyakit ringan biasanya masyarakat mengonsumsi langsung tanaman obat. Namun, bila tidak kunjung sembuh, baru dirujuk ke fasilitas kesehatan.
“Sering juga setelah berobat, mereka tau bahwa tekanan darah atau kolesterolnya tinggi, mereka langsung konsumsi daun-daun itu untuk mempercepat penyembuhan”, tambah Nelce.
Tanaman obat keluarga di Desa Pinilih telah diikutsertakan lomba di tingkat nasional dan akan diarahkan untuk bisa menjadi Desa Wisata Tanaman Obat Keluarga. Diharapkan ke depannya bahwa hal ini bisa menjadi pengembangan potensi destinasi wisata di bidang kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Oscar Primadi, MPH